AS Dan NATO Perbaharui Komitmen Afghanistan
Rabu, 27 September 2017, 17:46 WIBBisnisnews.id - Menteri Pertahanan AS Jim Mattis dan pemimpin NATO Jens Stoltenberg memperbarui komitmen mereka untuk Afghanistan pada hari Rabu 27 September, setelah Taliban melancarkan serangan roket yang melukai lima warga sipil di Kabul.
Mattis adalah anggota pertama kabinet Presiden AS Donald Trump yang mengunjungi Afghanistan sejak Trump berjanji untuk tetap mengikuti jalur perang terpanjang di Amerika itu.
Sejumlah roket mendarat di sebuah rumah dekat bandara internasional Kabul beberapa jam setelah Mattis terbang, kata kementerian dalam negeri.
Lima anggota keluarga terluka dalam seranganTaliban yang mengatakan di media sosial bahwa rudal tersebut ditujukan untuk pesawat Mattis.
Kunjungan tingkat tinggi tanpa pemberitahuan tersebut terjadi saat pasukan keamanan Afghanistan berjuang untuk mengalahkan Taliban, yang telah melakukan serangan sejak penarikan pasukan tempur NATO pimpinan AS pada akhir 2014.
Mattis bersama Stoltenberg akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ashraf Ghani untuk membahas misi pelatihan dan bantuan NATO pimpinan AS untuk memperkuat militer Afghanistan sehingga negara ini dapat mempertahankan diri sendiri.
Mattis dan Stoltenberg menjanjikan dukungan dari sekutu AS dan NATO terhadap konflik Afghanistan dan menyatakan tekadnya untuk menghentikan negara tersebut menjadi tempat aman bagi teroris.
Bantuan luar negeri tersebut akan memberi pasukan Afghanistan kemampuan bertempur melawan Taliban. Stoltenberg menambahkan bahwa lebih dari 15 anggota NATO telah sepakat mengirim pasukan tambahan.
Jendral AS telah lama menggambarkan situasi di Afghanistan seperti jalan buntu, meski bertahun-tahun mendukung Afghanistan, dibantu koalisi NATO dan memakan biaya AS untuk pertempuran lebih dari $ 1 triliun.
Memasuki tahun ke-16 peperangan, Amerika menekan mitra NATO meningkatkan pasukan mereka untuk membantu pasukan Afghanistan menguasai perbatasan melawan Taliban dan kelompok ISIS.
AS sendiri mengirim lebih dari 3 ribu tentara tambahan ke Afghanistan, sebelumnya sudah ada 11 ribu untuk melatih pasukan keamanan negara tersebut.
Sekutu NATO memiliki sekitar 5.000 tentara yang ditempatkan di seluruh negeri.
Kritikus telah mempertanyakan apa tentara tambahan AS dapat mencapai kekuatan sebelumnya yang berjumlah sekitar 100 ribu tapi tetap tidak dapat menang.
Sementara pihak berwenang Afghanistan menyambut baik komitmen terbuka Trump untuk meningkatkan jumlah pasukan AS, namun tentara Afghanistan telah mengalami demoralisasi dan melemah karena korban jiwa, pembelotan dan korupsi.
Sebagai pengakuan atas impotensi mereka, pemerintah mempertimbangkan sebuah rencana untuk melatih dan mempersenjatai 20 ribu warga sipil untuk mempertahankan wilayah dimana gerilyawan Islam diusir. (marloft)