Bangsa Catalan, Bersikeras Lepas dari Spanyol
Minggu, 01 Oktober 2017, 14:52 WIB
Bisnisnews.id-Tokoh politik Catalan Carles Puigdemont menegaskan, pemerintahannya memiliki "segalanya" sehingga referendum dapat berlanjut di wilayah kaya yang merupakan rumah bagi sekitar 7,5 juta orang.
Dari hasil referendum yang tidak direstui pihak Madrid, akan sangat menentukan rakyat di wilayah Catalan. Hari ini, Minggu 1 Oktober 2017, adalah hari penentuan, dimana pemilihan yang dilakukan itu akan menentukan nasib rakyat Catalan.
Referendum itu sendiri oleh pemerintah pusat Spanyol dinyatakan ilegal. Dikhawatirkan terjadi kerusuhan massal antara pro dan kontra yang telah membawa Spanyol pada krisis konstitusional terburuk dalam beberapa dasawarsa.
Namun dalam sebuah wawancara dengan AFP Sabtu, presiden Catalan Carles Puigdemont menegaskan pemerintahannya memiliki "segalanya" sehingga referendum dapat berlanjut di wilayah kaya yang merupakan rumah bagi sekitar 7,5 juta orang.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mulai terpecah. Sebagian besar penduduk Catalan ingin menyelesaikan masalah ini dalam sebuah referendum, walaupun sebagian memilih tetap menyatu ke pemerintah pusat.
Pihak Madrid sendiri, tegas mengatakan, tidak akan mengakui hasil referendum. Bahkan diastikan, pemerintahan Catalan hasil referendum tidak akan diakui internasional.
Kementerian dalam negeri Spanyol mengatakan, polisi telah menutup hampir 2.315 tempat pemungutan suara di seluruh Catalonia.Tapi setidaknya 160 lokasi pemungutan suara telah dikuasai oleh guru, orang tua, siswa dan aktivis dan membiarkan orang tetap melakukan pemilihan.
Sumber pemerintah daerah mengatakan pemungutan suara mungkin juga terjadi di tempat lain seperti pusat kesehatan dan bahkan rumah jompo.
Polisi Catalan Mossos d'Esquadra telah memperingatkan tentang risiko terjadinya gangguan ketertiban umum, bahkan mungkin kerusuhan. Guna mencegah kerushan Madrid telah mengirim ribuan petugas polisi tambahan dari pasukan lain ke Catalonia untuk menghentikan referendum tersebut.
Sedangkan Puigdemont meminta mereka yang memilih untuk mempertahankan sikap damai. Pada hari yang sama, ribuan orang turun ke jalan-jalan di seluruh negeri-termasuk di Barcelona - yang mendukung persatuan nasional.
AFP melaporkan, beberapa pemrotes juga menyalahkan pemerintah konservatif Perdana Menteri Mariano Rajoy karena membatasi tanggapannya terhadap krisis tersebut untuk mengulangi bahwa referendum tidak konstitusional.
"Negara perlu menjelaskan manfaat dari sisa persatuan, alih-alih mengulangi semua waktu bahwa referendum itu ilegal," kata Rafael Castillo, seorang insinyur berusia 59 tahun di sebuah reli Madrid, mengenakan selendang dengan bendera Spanyol di sekelilingnya.
Apapun yang terjadi, sejumlah analis politik khawatir bahwa kebuntuan antara para pemimpin Catalan dan Madrid telah meninggalkan bekas yang merusak.
Carles Riera, anggota parlemen daerah untuk partai CUP, bagian dari koalisi separatis Catalonia, bersumpah bahwa mobilisasi akan berlanjut setelah pemungutan suara pada hari Minggu, jika kamp "ya" menang, namun Madrid tetap menentang hasilnya.
"Kami sedang dalam proses mobilisasi populer yang akan berlangsung beberapa saat," katanya kepada wartawan.
AFP / GABRIEL BOUYS
Perjuangan Panjang
Catalan adalah wilayah yang berbatasan dengan Prancis bagian selatan, Laut Mediterania disebelah timur serta wilayah Spanyol Aragon dan Valencia di barat. Catalonia terdiri dari empat sub provinsi, yakni Barcelona, Girona, Lleida dan Tarragona.
Bangsa Catalan sendiri sejak dahulu tidak pernah mengakui kalau mereka adalah bagian dari Spanyol, sejak kerajaan itu menaklukan wilayah Catalonia pada 1714. Lebih dari tiga abad lamanya rakyat Catalan seperti tanpa lelah terus berjuang untuk memisahkan diri dan menjadi bangsa yang dapat megatur negaranya sendiri.
Gerakan untuk melepaskan diri dari Spanyol te;ah menjadi pemicu perang saudara pada 1930. Seusai perang saudara, diktator Jenderal Francisco Franco yang berkuasa melarang semua budaya dan bahasa Catalan.
Bahkan nasionalisme bagi warga Catalan benar-benar dilibas habis oleh pihak Spanyo dan saat itu melarang warga mengunakan bahasa dan budaya Catalan di tempat umum. Kalau ada warga yang diketahui masih melakukan itu, langsung ditangkap karena dianggap melakukan perlawanan dan tindakan ilegal
Barulah pada tahun 1977,setelah kematian Franco dan Spanyol menganut sistem demokrasi, bangsa Catalan sedikit ada kelonggaran melakukan aktivitas dengan bahasa dan budaya yag mereka miliki.
Bukan hanya kelinggaran dalam mengeluarkan pendapat, Catalonia juga memperoleh status otonomi pada 1979. Awalnya, untuk meredam upaya gerakan memisahkan diri, namun gerakan itu terus saja dilakukan dan pemerintah Spanyol dikritisi telah mengabaikan hak bangsa Catalan. Kini terjadi referendum. (Syam S)