Catatan Ringan Nakhoda
Rabu, 03 Juli 2019, 11:12 WIBBisnisnews.id - Capt Drajat Dwi Suseno menjadi orang pertama yang ditunjuk sebagai nakhoda dan memimpin pelayaran KM Kendagha Nusanatar 10 yang melayani trayek 3 (Tertinggal, terluar dan terdepan/T-3) yang melayani rute Tanjung Priok-Tarempa-Natuna, Pemprov Kepulauan Riau (Kepri).
Pelaut senior alumni angkatan 32 PIP Semarang itu sudah 19 tahun bergabung di PT Pelni. Pahit getir serta beragam tantangan kerja di laut sudah dijalani. Berbagai jabatan pun berhasil diemban, baik di kapal barang atau petikemas milik PT Pelni.
Sebelum dipercaya memimpin pelayaran KM Kendagha Nusantara 10, Capt. Drajat berlayar di KM Caraka Jaya Niaga, dengan rute yang sama, T-3.
Manajeme PT Pelni menunjuk Capt Drajat menjadi nakhoda sejak KM Kendagha Nusantara 10 diluncurkan satu bulan lalu dari galangan PT Daya Radar Utama (DRU) di Lamongan, bahkan saat Sea Trail dari Tanjung Priok-Pulau Damar.
Kesan pertama yang dirasakan sebagai nakoda KM Kendagha Nusantara 10, sebagai kapal petikemas modern produksi anak bangsa sendiri.
"Anak bangsa ini khususnya dari galangan kapal DRU sudah mampu membangun kapal sendiri dan cukup bagus. Kini saatnya kita bangkit dan membangun industri martim yang kuat di Indonesia," kata Capt. Drajat dalam perbincangan dengan Bisnisnews.id saat peninjauan kapal oleh Kasubdit Angkutan Laut Dalam Negeri Dtjen Hubla Capt. Budi Mantoro.
Menurut Capt Drajat, KM Kendagha Nusantara 10 berlayar dengan 18 anak buah kapal (ABK), termasuk Nakhoda dan Kepala Kamar Mesin (KKM). Mereka semua (ABK) adalah pelaut profesional hasil didikan di sekolah-sekolah pelaut di Indonesia.
Sesuai jadwal, KM Kendagha Nusantara 10 akan berpangkalan di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Kapal ini akan melayani rute Tanjung Priok-Tarempa-Natuna pp.
"Dalam kondisi normal, satu voyage KM Kendagha Nusantara 10 akan ditempuh selama 14 hari. Semoga cuaca bersahabat dan muatan kapal selalu tersedia full dan berkelanjutan," harapnya.
Dikatakan, saat berangkat dari Tanjung Priok ke Natuna, KM Kendagha Nusantara 10 membawa beragam komoditas. Mulai sembako, semen, bahan bangunan dan lainnya. "Sebaliknya, kapal ini akan mengangkut hasil perikanan dan pertanian serta produk tambang asal Kepulauan Natuna," tuturnya.
Sebagai pelaut senior, tantangan kerja di laut termasuk dengan KM Kendagha Nusantara 10 hampir sama dengan kapal lain. Perairan dari Tanjung Priok ke Natuna cukup bersahabat, kecuali menjelang akhir tahun mulai September-Desember.
"Kalau itu fenomena normal, akhir tahun ombak dan angin cenderung tinggi, sehingga butuh perhatian ekstra," tukasnya.
Namun yang menjadi masalah di KM Kendagha Nusantara 10 adalah kondisi dan kapasitas pelayanan di pelabuhan tujuan, khususnya Dermaga Tarempa, Natuna. "Sampai disana, petikemas diturunkan dan dibongkar. Selanjutnya diangkut dengan kendaraan roda tiga karena jalan ke gudang atau tempat penjualan sempit," terang Capt. Drajat.
Karena keterbatasan itulah, papar mantan Nakhoda KM Caraka Jaya Niaga di rute yang sama (T-3), waktu tunggu kapal di pelabuhan ini masih lama. "Muatan kapal tak bisa secepatnya dibongkar, karena kondisi dan fasilitas infrastruktur yang terbatas," kilah Capt. Drajat.
Kasubadit Angkutan Laut Dalam Negeri Capt. Budi Mantoro menambahkan, manajemen Pelni khususnya crew KM Kendagha Nusantara 10 dan para pihak terkait mulai Pemerintah, BUMN, dunia usaha serta UKM dan Pemda Natuna bisa berperan aktif menyediakan muatan balik yang cukup.
"Dengan begitu, kehadiran KM Kendagha Nusantara 10 bisa berfungsi optimal. Subsidi negara yang besar, sehingga bisa menjual 50% dari tarif nomal rata-rata Rp7 juta per boks menjadi Rp Rp3.5 juta per boks bermanfaat optimal. Menurunkan biaya logistik sekaligus mendorong pembangunan ekonomi masyarakat di daerah," tukas Capt. Budi Mantoro.
Ombak Tiga Meter
Sementara, pada kesemparan terpisah Pimpro Pembangunan KM Kendagha Nusantara 10 dari PT DRU Bayu Adityo Nugroho menyebutkan, kapalnya dibangun tahan berlayar sampai ombak setinggi 3 meter. "Kapal itu bisa berlayar dengan kecepatan rata-rata 10 knots sampai 18 knots," katanya menjawab Bisnisnews.id.
Kapasitas kapal adalah 100 Teu's atau setara dengan 100 boks petikemas ukuran 20 feet. Kapal kontainer ini cocok untuk berlayar sampai ke daerah pedalaman, dengan draft 4 meter LWS. "Jadi cocok untuk kapal tol laut yang melayani daerah 3T (terluar, terdepan dan terbelakang) wilayah NKRI," kilah Bayu.
KM Kendagha Nusantara 10 dibangun selama dua tahun, dengan kandungan lokal cukup tinggi. Sedang SDM yang mengerjakan hampir semua tenaga kerja lokal. "Jadi, kapal ini sangat pantas disebut kapal nasional yang diproduksi anak bangsa sendiri," tegas Bayu.(Helmi)