Delegasi Korea Utara Dirampok Amerika Serikat
Senin, 19 Juni 2017, 16:59 WIBBisnisnews.id - Korea Utara mengatakan delegasinya yang dikirim ke konferensi PBB di New York benar-benar dirampok oleh pihak berwenang AS saat mereka mencoba meninggalkan Bandara Internasional John F. Kennedy (JKF) pada hari Jumat (16/6/2017).
Dalam laporan yang diterbitkan pada hari Minggu (18/6/2017), Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) milik Pyongyang menuduh petugas Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan polisi bandara mengambil sebuah paket diplomatik dari delegasi tersebut, yang menurutnya berisi sertifikat kurir diplomatik yang valid.
KCNA menyebut insiden tersebut sebagai tindakan provokasi ilegal dan kejam, dan menambahkan bahwa otoritas AS berperilaku seperti gangster.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengkonfirmasi bahwa tiga warga Korea Utara memang dikonfrontasi di bandara JFK, namun mengatakan bahwa mereka tidak memiliki status diplomatik.
"Menurut Departemen Luar Negeri AS, warga tersebut bukanlah anggota Korea Utara yang terakreditasi untuk PBB dan tidak memiliki hak untuk mendapatkan kekebalan diplomatik. Paket yang dimaksud tidak memiliki perlindungan inspeksi diplomatik," Keamanan Dalam Negeri (DHS) mengatakan.
"DHS menyita beberapa item media dan paket dari tiap individu. Pada saat itu orang-orang Korea Utara berusaha secara fisik mengambil barang-barang tersebut namun dicegah oleh perwira DHS. Agresi yang dilaporkan justru dimulai oleh orang Korea Utara," kata pernyataan tersebut dikutip dari CNN.
Korea Utara tidak ditahan oleh pihak berwenang AS namun menolak untuk menerbangkan pesawat mereka dari bandara JFK, kata pernyataan DHS tersebut.
KCNA mengatakan Korea Utara menganggap insiden JFK sebagai contoh terbaru permusuhan AS terhadapnya.
"Tindakan Amerika Serikat ini berfungsi sebagai akun grafis yang memberitahu dunia betapa sembrono dan tercela kebijakan bermusuhan AS terhadap (Korea Utara)," kata laporan KCNA.
"AS harus merenungkan tindakan sembrono dan menyadari sepenuhnya konsekuensi serius yang harus diikuti," katanya.
Insiden tersebut juga terjadi beberapa hari setelah Korea Utara membebaskan tahanan AS Otto Warmbier setelah 17 bulan ditahan. Dia dijatuhi hukuman kerja keras tahun lalu sampai 15 tahun dengan tuduhan bahwa dia mencoba mencuri spanduk dengan slogan politik dari hotelnya di Pyongyang.
Sekembalinya ke AS minggu lalu, para dokter mengatakan bahwa mantan mahasiswa berusia 22 tahun itu berada dalam koma.
Korea Utara mengatakan bahwa dia telah mengidap botulisme sebelum mengalami koma, namun dokter AS mengatakan tidak ada bukti tentang hal itu. (marloft)