Dewan Keamanan PBB Gagal Menandatangani Resolusi
Minggu, 15 April 2018, 10:56 WIB
Bisnisnews.id - Dewan Keamanan PBB batal mengesahkan rancangan resolusi yang berisi kutukan terhadap Amerika Serikat bersama sekutunya Prancis dan Inggris yang melakukan agresi ke Suriah dengan menembakan puluhan peluru kendali sejumlah lokasi yanng dicurigai menoan senjata kimia pada Jumat.
Resolusi itu hanya berisi 'KUTUKAN' agresia Amerika Serikat bersama sekutunya Pracis dan Inggris yang melakukan penyerangan kepada Suriah hanya berdasarkan laporan dugaan penggunaan senjata kimiadi Douma, dekat ibu kota negara Suriah, Damaskus, pada 7 April 2018.
Rancangan resolusi itu hanya lima paragraf dan menyatakan kutukan terhadap "agresi" terhadap Republik Arab Suriah dan sekutu-sekutunya dalam pelanggaran terhadap hukum internasional dan Piagam PBB".
Rusia tetap bejuang, agar jangan ada lagi serangan dari negara manapun ke Suriah. Rusia menginginkan, bila ada kecurigaan, sebaiknya dilakukan pembicaraan dan bukan serangan militer seperti dilakukan Amerika da sekutunya.
Rancangan juga mendesak Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya agar segera mengakhiri serangan militer terhadap Suriah dan agar menahan diri untuk tidak lagi menggunakan kekuatan militer di masa depan.
Xinxua melaporkan, dalam sidang itu, tiga dari 15 anggota Dewan Keamanan, yaitu Rusia, Bolivia dan China menyatakan mendukung resolusi itu. Empat negara, yakni Guinea Ekuatorial, Ethiopia, Kazakhstan dan Peru menyatakan abstain. Delapan negara anggota sisanya menyatakan menolak rancangan resolusi.
Sembilan suara dukungan serta tidak terkena penolakan oleh satu pun dari kelima anggota tetap Dewan Keamanan, yang terdiri dari Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat.
Resolusi rancangan Rusia itu membutuhkan sedikitnya sembilan suara dukungan serta tidak terkena penolakan oleh satu pun dari kelima anggota tetap Dewan Keamanan, yang terdiri dari Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat.
Setelah proses pemungutan suara, duta besar Rusia untuk Amerika Serikat Vassily Nebenzia mengatakan, "Ini adalah hari yang menyedihkan bagi dunia, bagi Perserikatan Bangsa-bangsa, dan bagi Piagam (PBB), yang secara terang-terangan dilanggar."
Usai pemungutan suara, duta besar Inggris Karen Pierce mengatakan, serangan militer gabungan itu bukan untuk kepentingan menggulingkan presiden yang berkuasa tapi lebih difokuskan kepada kemanusiaan.
Jum'at atau Sabtu (14/4/2018) Wib, pesawat tempur Jet Inggris menembakan rudal ke pangkalan militer Suriah yang dicurigai menyimpan bahan-bahan senjata kimia. Ini adalah agresi militer pertama yang dilakukan Amerika bersama sekutunya terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan, serangan militer itu dilakukan secara terbatas dan terarah sehingga tidak menimbulkan korban jiwa masyarakat sipil. Seperti dikutif dari AFP, serangan itu benar-benar untuk kemanusiaan menumpas penggunaan senjata kimia.
"Tidak ada alternatif praktis untuk menggunakan kekuatan dalam menurunkan dan menghalangi penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah," kata May dalam pernyataan yang disiarkan televisi.
Serangan ini, ungkapnya bukan soal mau ikut campur perang saudara di Suriah. Serangan ini juga tidak ada kaitannya dengan kepentingan pergantian rezim.
May mengatakan, berdasarkan informasi pihak intelejen, Suriah benar-benar dicurigai menggunakan senjata kimia di Douma dan rezim Presiden Bashar al-Assad harus bertanggungjawab atas dugaan serangan itu.
"Ini adalah pertama kalinya sebagai perdana menteri bahwa saya harus mengambil keputusan untuk menyerahkan angkatan bersenjata kami dalam pertempuran - dan itu bukan keputusan yang saya anggap enteng," tuturnya.
"Saya telah melakukannya karena saya menilai tindakan ini untuk kepentingan nasional Inggris," tambahnya.
Dalam serangan itu, Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis mengatakan, Amerika dan Sekutunya telah melontarkan sekitar 105 rudal ke sejumlah sasasaran di Suriah.(AFP/Syam S)