Din Syamsudin Hadiri Setahun Piagam Persaudaraan Kemanusiaan dan Perdamaian di Croatia
Kamis, 06 Februari 2020, 10:40 WIBBisnisNews.id -- Ketua Dewan Pertimbangan MUI Prof. Din Syamsuddin sejak 4 Pebruari 2020 kemarin berada di Zagreb, Kroasia, untuk menghadiri konperensi bertema _Al-Ukhuwwah al-Insaniyah li Ta’ziz al-Silm wa al- Amni_ (_Human Brotherhood for the Enhancement of Peace and Security)_.
Konferensi diselenggarakan bersama _Rabithah al-‘Alam al-Islami (_Muslim World League_ atau Liga Islam Sedunia) dan Meshihat of Islamic Community in Croatia serta didukung Pemerintah Kroasia. Konferensi berlangsung dua hari, 4-5 Pebruari 2020, dan dihadiri sekitar 200 tokoh Muslim serta Kristen dan Yahudi dari mancanegara.
Konferensi ini diselenggarakan untuk memperingati setahun Piagam Persaudaraan Kemanusiaan untuk Koeksistensi dan Perdamaian, yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Syaikh Al-Azhar Ahmad Al-Thayyib di Abu Dhabi 4 Pebruari 2019.
Konperensi dibuka Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic. Hadir pada pembukaan Perdana Menteri Kroasia Andrej Plencovic, Presiden Parlemen Kroasia, Walikota Zagreb, dan tentu Sekjen Liga Islam Sedunia Dr. Abd al-Karim al-‘Isa.
Menurut Din Syamsuddin, peristiwa di Abu Dhabi tersebut memang patut diperingati karena mengandung makna historis, monumental, dan simbolik besar. Demikian halnya piagam itu, tidak hanya ditandatangani oleh dua lembaga keagamaan tinggi, Vatikan dan Al-Azhar. Tapi juga dua komunitas agama besar, Islam dan Katholik.
Dikatan disrupsi desar di dunia kini harus fiatasi rersama dan sistemik. Piagam Persaudaraan Kemanusiaan -antara Muslim, Kirten, Katholik dan Yahudi - bukan hanya ditandatangani dan diperingati, tapi harus diamalkan dalam kehidupan nyata, dan dapat disenyawakan ke dalam peradaban dunia. Di era disrupsi dewasa bukan hanya terjadi di dunia politik, tapi juga ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta, lebih lanjut mengatakan bahwa disrupsi besar yang dialami dunia dewasa ini harus segera ditanggulangi bersama dan sistemik. Semua pemangku kepentingan harus satu kata dan dilibatkan untuk usaha ini.
"Kerusakan global akumulatif yang diciptakannya bersifat struktural dan sistemik. Jika tidak ditanggulangi secara sistemik maka akan membawa dampak siatemik terhadap kerusakan peradaban," tandad Din Syamsduin.(helmi)