Dirjen Hubud Sampaikan Working Paper Nomor 37 di Forum ICAO di Johannesburg, Afrika Selatan
Selasa, 10 Desember 2019, 14:46 WIBBisnisNews.id -- Direktorat Jenderal Perhubungan Udara hadiri kegiatan Committee on Aviation Environmental Protection (CAEP) Steering Group Meeting yang diselenggarakan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) pada 2 sampai 6 Desember 2019, di Johannesburg, Afrika Selatan.
Indonesia mempresentasikan Working Paper Nomor 37 tentang Indonesia's Observations on Result of Life Cycle Assessment (LCA) & ILUC Default Values.
Lebih lanjut, Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Hubud) menyampaikan bahwa Indonesia akan terus berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan internasional guna memberikan manfaat yang positif bagi penerbangan Indonesia, dalam rangka menerapkan pengurangan emisi dan meningkatkan pengetahuna dalam penggunaan biofuel sebagai bahan bakar pesawat udara.
"Dalam perumusan kebijakan serta penerapan best practice di Indonesia, Ditjen Hubud ikut berperan aktif. Kegiatan CAEP Steering Group Meeting ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi Indonesia untuk mendapatkan pengetahuan serta untuk menyampaikan masukan terkait isu lingkungan dalam penerbangan internasional," jelas Polana.
Committee on Aviation Environmental Protection (CAEP) merupakan komite teknis ICAO yang dibentuk pada tahun 1983 guna merumuskan kebijakan serta penerapan Standard and Recomended Practices (SARPs) di bidang lingkungan penerbangan.
Pada CAEP SG (Steering Group) Meeting, Indonesia diberikan kesempatan untuk mempresentasikan Working Paper nomor 37 tentang “Indonesia’s Observations on Result of LCA and ILUC Default Values”, yg menjelaskan modernisasi praktek penanaman dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sehingga nilai emisi LCA dan ILUC yang lebih baik daripada CORSIA default values yg dihitung dalam modelling CAEP.
Polana B Pramesti juga menyampaikan bahwa memberikan apresiasi dan bangga atas hasil penelitian Indonesia yang diperjuangkan selama 2 tahun dapat disampaikan kepada dunia Internasional dan mendapat respon positif dari para delegasi perwakilan beberapa negara yang hadir dalam kegiatan tersebut.
"Dalam 2 tahun terakhir, Tim CAEP Indonesia terus memperjuangkan kelapa sawit sebagai salah satu produk alternatif bahan bakar pesawat pengganti bahan bakar berbasis fosil, hal ini untuk menjawab tantangan dari program ICAO Environment dalam mencari produk alternative aviation fuels," tambah Polana
Indonesia mampu mempromosikan kelapa sawit dan bersaing dengan kajian negara negara lain, seperti USA dan Brazil dengan kajian kedelai sebagai bahan alternatif bioavtur dan Uni Eropa dengan biji bunga matahari, serta hasil kajian negara negara lain anggota ICAO.
Selain itu, Indonesia juga menyampaikan dukungan nya kepada Spanyol saat menyampaikan Working Papernya terkait dengan co-prosessing green avtur. Hal ini dikarenakan Working Paper tersebut sejalan dengan program teknologi untuk pembuatan green avtur dengan bahan baku kelapa sawit yg dikembangkan Pertamina dan sudah dilakukan Trial Test di Refinery Plaju, serta akan dilanjutkan di tiga Refinery lainnya, yaitu Cilacap, Balongan dan Dumai.
Indonesia telah menjadi anggota ICAO CAEP sejak tahun 2016, dimana komite ICAO CAEP secara periodic membahas segala kebijakan terkait dampak polusi yang disebabkan oleh pesawat udara terhadap lingkungan dan alternative solusinya.(nda/helmi)