Ditjen Hubla Kirim Tiga Peserta Mengikuti VTS Supervisor Training di Sydney
Selasa, 10 Desember 2019, 17:22 WIBBisnisNews.id -- Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Direktorat Kenavigasian bekerjasama dengan Australian Maritime Safety Authority (AMSA/AMSAT), mengirimkan 3 (tiga) orang peserta untuk mengikuti VTS Supervisor Training yang digelar selama dua minggu sejak tanggal 25 November sampai 6 Desember 2019 kemarin di Sydney, Australia. Program ini dalam rangka meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang navigasi pelayaran, khususnya pada sektor Vessel Traffic Services (VTS).
Pada Training tersebut, peserta diberikan materi-materi terkait dengan V-103/2 yang disampaikan oleh Jilian Carson-Jackson, narasumber yang merupakan ahli di bidang teknologi perangkat lunak simulator dan juga anggota aktif Komite IALA VTS.
Training tersebut juga dilaksanakan sebagai persiapan Indonesia dalam mengimplementasikan Traffic Separation Scheme (TSS) di Selat Sunda dan Selat Lombok, dimana VTS akan menjadi alat utama untuk mengawasi lalu lintas di TSS Selat Sunda dan TSS Selat Lombok.
Adapun 3 (tiga) orang peserta dari Indonesia yang mengikuti kegiatan tersebut dan mendapatkan sertifikat adalah I Gusti Ngurah Agung Putra Adnyana dari Distrik Navigasi Benoa, Muhammad Darsoni dari VTS Panjang, dan Sony Haryanto dari Distrik Navigasi Surabaya.
Direktur Kenavigasian, Basar Antonius menyampaikan, bahwa training tersebut dilaksanakan dengan memenuhi persayaratan International Association of Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities (IALA) yang terakreditasi oleh Australian Maritime College (AMC).
“Berbagai bentuk training telah dilaksanakan dengan sistem pembelajaran teori, mylo on line dan simulator dengan pembahasan antara lain terkait soal Komunikasi, Kordinasi dan Manajemen Sumber Daya Kelautan, Pengetahuan Hukum, Ilmu Menanggapi Situasi Darurat, dan Perencanaan Lalu Lintas,” ungkapnya.
Selain itu, menurut Basar, training yang dilaksanakan berfokus pada kompetensi, dengan menggunakan latihan simulasi dan penilaian yang telah dirancang untuk mewakili peristiwa dan insiden yang kemungkinan akan dialami di pusat VTS.
“Pada training ini, peserta diberi kesempatan untuk melatih peran sebagai pengawas VTS melalui latihan dan simulasi,” jelasnya.
Dapat Berjalan Terus
Basar berharap agar kerjasama dengan stakeholder, seperti dengan Australian Maritime Safety Authority (AMSA/AMSAT) dapat terus berjalan, antara lain dengan cara mengikuti training-training serupa, dengan berdasarkan visi dan misi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bekelanjutan.
“Selain mengikuti training, tentunya lebih baik jika kerjasama dilanjutkan dalam bentuk peningkatan asistensi dalam pengembangan SOP serta regulasi terkait VTS dan juga peningkatan insfrastruktur VTS,” ujarnya.
Basar beranggapan, bahwa pengoptimalisasian keselamatan dan keamanan maritim di perairan Indonesia perlu dikembangkan melalui regulasi yang sesuai dengan ketentuan Internasional, infrastruktur yang berkualitas, pengawasan, serta law enforcement.
Setelah mengikuti training, Basar berharap peserta dapat memberikan kontrobusi dengan membagikan ilmunya kepada para operator VTS di Indonesia.
Dengan meningkatkan kapasitas SDM melalui training-training ini, Basar berharap SOP VTS dapat disempurnakan dan diperbaiki serta dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris petugas terhadap pelayanan kapal asing maupun lokal.
“Selain itu, kita juga terus melaksanakan assessment bagi operator VTS oleh tim khusus yang dibentuk oleh kantor pusat,” tutupnya.(nda/helmi)