DPP ALFI: Kinerja Logistik Indonesia Akan Membaik di 2019
Selasa, 04 Desember 2018, 19:21 WIBBisnisnews.id - Kinerja logistik nasional diyakini membaik pada 2019 mendatang, untuk mengejar ketertinggalan di 2018. Targetnya, pada 2025 Indonesia masuk 30 besar dunia dan tiga besar di Asia Tenggara (ASEAN).
Hasil Logistic Performance Indeks (LPI) 2018 yang dirilis Bank Dunia, Indonesia berada pada posisi 46 atau masih berada di bawah negara-negara Asia Tenggara.. Malaysia dan Thailand masing-masing berada di posisi 32 dan 45 serta Singapura menduduki peringkat ke lima.
Data yang bersumber Bank Dunia itu, menurut Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi bisa diperbaiki pada 2019 dan 2020 mendatang, sehingga pada 2025 Indonesia benar-benar bisa berkompetisi.
Baca Juga
"Kami tetap optimis ada pertumbuhan, jangan sampai kita terus menerus tertinggal dari negara-negara di kawasan ASEAN lainnya, dan kita bisa," kata Yukki di sela-sela pembukaan Munas ke VI ALFI, Selasa (4/12/2018) di JW Mariot Mega Kuningan Jakarta.
Namun dari sisi pembiayaan, ungkap Yukki, belum banyak penurunan. Yaitu 23,7 persen. Tapi kalau pemerintah mampu menyelesaikan infrastruktur di sektor ekonomi, biaya logistik nasional berada pada posisi 20 - 21 persen.
"Artinya, itu tidak cukup kita masuk di 30 besar Logistic Performance Indeks/LPI di dunia dan tidak masuk pada tiga besar ASEAN," kata Yukki.
Kendati demikian, lanjut Yukki, Indonesia sudah bekerja keras, namun kerja keras yang dilakukan itu masih kalah dengan Vietnam. "Vietnam bekerjanya lebih keras dari Indonesia, makanya negara itu membaik," tutur Yukki.
Kalau pemerintah Indonesia bersama seluruh stakholder terkait secara bersama-sama bekerja keras melakukan perbaikan, maka pada 2019-2025 akan terjadi perubahan. "Kita ingin di tahun 2025 mendatang kita bisa berkompetisi. Jangan sampai kue yang kita punya itu sebagian besar dinikmati pihak luar," tegasnya.
Alfi, lanjut Yukki, tidak masalah soal transhipmen, yang harus difokuskan sekarang ini ialah, bagaimana Indonesia bisa berkometisi dan mengambil "kue" yang memang menjadi hak merah putih. Untuk mengejar kearah sana, diperlukan perbaikan melalui kecepatan pelayanan. "Kami di Alfi sejak awal sudah mendorong itu melalui sistem digitalisasi," tuturnya.
Sebab, pada tahun 2025 ungkapnya, sudah terjadi Asean Konektivity. "Bayangkan kalau pelabuhan dan bandara kita tidak bisa kompetitif. Kalau sudah seperti itu, jangan bermimpi mewujudkan trashipmen, jangan-jangan barang-barang yang akan masuk ke Indonesia, disimpan di negara tetangga. Kita kan tahu sekarang semua serba cepat, kan sayang kalau kita tidak memulai itu dari sekarang," jelasnya.
Terkait kecepatan itu, kata Yukki, pemerintah Indonesia dan seluruh pelaku bisnis juga harus mengantisipasi terhadap wacana pemerintah Tiongkok yang akan menggunakan "drone" atau pesawat tanpa awak untuk pengiriman barang di dalam negerinya. Bukan tidak mungngkin, kegiatan pengiriman dengan "drone" ini juga akan dilakukan untuk pengiriman antar negara.
"Kendati ini baru wacana, bukan tidak mungkin itu akan terwujud dan kalau kita masih terlena dengan keadaan sekarang ini dengan tidak bekerja keras, maka kita akan semakin tertiggal.
" tuturnya.
Seretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Djoko Sasono usai membuka Munas ke VI ALFI pada awak media mengatakan, pembangunan infrastrukur yang dilakukan pemerintah merupakan satu upaya sungguh-sunggu dalam menurunkan biaya lgistik nasional.
Djoko mengatakan, kalau mengacu pada data Bank Dunia, tahun ini meningkat dibanding tahun sebelumnya. "Jadi, dengan upaya yang ada, berupa pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah secara sungguh-sungguh, kita akan menjadi negara yang may berjompetisi di dunia, terutama ASEAN," tutur Djoko.
Sikap psimis yang sekarang ini muncul, lajut Djoko, akan menjadi catatan penting untuk dilakukan evaluasi dan perbaikan. "Infrastrukur yang dinilai penting telah dilakukan pemerintah, misalnya pemerintah telah menyiapkan Infrastruktur sektor transportasi, seperti pelabuhan dan bandara," tuturnya.
Dia juga menepis tudingan Indonesia tertinggal dari negara-negara ASEAN, padahal, kata Djoko, cara mengukurnya dengan mempertimbangkan luas wilayah Indonesia. Dia menngatakab, Vietnam dengan Indonesia, berbeda, luas wilayahnya juga berbeda.
"Luas wilayah Indonesia dibandingkan dengan Vietnam atau negara-negara lain di ASEAN harusnya menjadi pertimbangan, dan ini adalah kelebihan kita," tuturnya.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi sebelumnya mengatakan, kinerja logistik nasional, menjadi tanggungjawab berama. Dibutuhkan kekompakan di lintas kementerian dan lembaga terkait dan bukan hanya di Kementerian Perhubungan.
Kalau mau berubah, ungkap Setijadi, diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk melakukan perbaikan, sehingga posisi Indonesia yang sekarang ini berada di bawah negara-negara ASEAN bisa meningkat di tahun-tahun mendatang. (Syam S}