Federal Reserve AS Naikkan Suku Bunga
Kamis, 15 Desember 2016, 10:11 WIB
Bisnisnews.id - Tak habis-habisnya geliat perekonomian dunia di tahun ini, mulai dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa, perlambatan ekonomi Cina, pemangkasan pasokan minyak dunia oleh OPEC dan non OPEC, sekarang kejutan datang dari Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan acuan suku bunga sebesar 0,75 persen .
Satu bulan sebelum Presiden terpilih Donald Trump mulai aktif, Komite Pasar Terbuka Federal / The Federal Open Market Committee (FOMC) menetapkan kebijakan moneter untuk meningkatkan rate suku bunga sebesar 0,5 sampai 0,75 persen. Hal ini ditegaskan untuk memajukan perekonomian dunia.
Janet Yellen, Ketua The Fed mengatakan kenaikan suku bunga dapat dilihat sebagai "mosi percaya" dalam perekonomian. Sebelumnya The Fed juga pernah menaikkan suku bunga sebesar 0,25-0,5 persen di Desember 2015.
"Kebijakan ini tentu harus kita pahami sebagai refleksi kepercayaan untuk memajukan perekonomian yang telah dibuat dan akan terus berlanjut," kata Yellen
Setelah menguat secara konsisten sejak pemilihan Trump pada 8 November, membuat jarak sangat mencolok 20.000 poin dengan dow, saham AS malah jatuh setelah pengumuman The Fed ini.
Yellen menolak untuk mengomentari reaksi pasar selain mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi karena pemotongan pajak di bawah pemerintahan Trump.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang merupakan cabang dari Dewan The Fed ini juga mencatat bahwa inflasi yang mereka proyeksikan belum mencapai target 2 persen sampai 2018.
"Mengingat inflasi kurang dari 2 persen, Komite memang harus hati-hati memantau kemajuan aktual inflasi," katanya.
Data lain menyorot kebijakan The Fed tentang penurunan tingkat pengangguran yang diperkirakan tetap sekitar 4,5 persen di 2019 dari 4,6 persen di tahun ini. Pemberlakuan kenaikan suku bunga ini dikhawatirkan berpotensi inflasi jika The Fed gagal menindak lanjuti.
Pandangan mayoritas mengatakan ada risiko lebih besar yang membahayakan pemulihan AS jika mereka bergerak terlalu cepat, terutama di tengah ketidakpastian global termasuk perlambatan ekonomi China dan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.
Menurut Komite, tanda-tanda inflasi tidak tercatat dalam data ekonomi. Inflasi rendah diindikasikan karena penurunan harga energi, walau mungkin hanya sementara.
Yellen membantah dituduh membuat perekonomian jadi panas, "Menjaga suku bunga rendah untuk sementara waktu untuk mencapai target inflasi tetap menjadi tujuan The Fed."
Untuk perekonomian yang lebih luas, Komite mengatakan pertumbuhan telah meningkat dengan kecepatan moderat sejak pertengahan tahun. Hal ini dibarengi dengan peningkatan yang sama dalam hal pengeluaran, sementara pasar tenaga kerja juga ditenggarai telah terus menguat.
"Memang investasi bisnis telah melunak tapi risiko terhadap prospek ekonomi muncul seimbang," kata Komite. (marloft / syam)