Finansial ISIS Di Ambang Keruntuhan
Sabtu, 18 Februari 2017, 23:46 WIB
Bisnisnews.id - Keuangan Kelompok ISIS mulai 'pendarahan' dengan semakin banyaknya kehilangan wilayah, menurut pusat studi internasional yang menganalisa kegagalan model bisnis organisasi tersebut.
Analisis yang dirilis hari ini oleh Pusat Studi Radikalisasi dan Politik Kekerasan (ICSR) dan perusahaan akuntansi EY, menemukan bahwa sumber keuangan ISIS telah mengering secara substansial sejak pertengahan 2014 ketika bank, sumur minyak dan seluruh gudang senjata mereka hancur lebur.
Laporan ini mengatakan bahwa pendapatan ISIS telah menurun dari 1,9 miliar dolar pada 2014 menjadi 870 juta dolar pada tahun 2016.
" Salah satu kesalahan yang telah dibuat di masa lalu adalah ketika kami berbicara tentang ISIS murni sebagai organisasi teroris. Ini memang organisasi teroris tetapi lebih dari itu. Ini masalah wilayah," kata Peter Neumann, Direktur King College London.
" ISIS memerlukan biaya lebih banyak, perlu memperbaiki jalan, membayar guru, perlu pelayanan kesehatan. Semua hal-hal yang Al-Qaida tidak perlu lakukan."
Tapi kurangnya uang tidak membuat kelompok itu menjadi kurang berbahaya, kata laporan itu.
" Kami tahu dari serangan di Paris, Brussels dan Berlin, namun tidak satupun dari serangan itu yang mahal," kata Neumann.
Sebagian besar serangan baru-baru ini di Eropa dan AS dibiayai sendiri oleh orang-orang yang melakukannya, hanya sedikit uang yang masuk dari pimpinan ISIS di zona perang Suriah dan Irak.
Sumber pendapatan untuk ISIS meliputi pajak dan biaya, minyak, uang tebusan, dan penjarahan atau pemerasan lainnya. Neumann mengatakan, semua itu memerlukan wilayah baru untuk kelanjutan organisasi.
Pendapatan hanya dapat mengalir jika ISIS dapat melakukan kontrol mutlak. Menurut perkembangan terbaru bulan Januari dari koalisi global melawan ISIS, kelompok ini telah kehilangan 62 persen dari wilayah kekuasaan di Irak pada bulan Agustus 2014 dan 30 persen di Suriah.
"Model bisnis mereka untuk terus memperluas dan menjarah daerah yang menjadi bagian ISIS. Pada dasarnya itu skema piramida yang mengandalkan ekspansi konstan," kata Neumann.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan ISIS masih memiliki cukup uang untuk membayar tagihannya, meskipun faktanya mereka kehilangan sumber pendapatan dan telah mengurangi membayar prajurit.
Pejabat yang tidak berwenang untuk membahas secara terbuka mengatakan kepada AP bahwa tentunya AS tidak melihat situasi keuangan ISIS yang rusak sebagai degradasi kemampuan organisasi tersebut untuk melakukan serangan eksternal.
" Keinginan untuk melakukan serangan teroris atas nama ISIS akan menjadi kurang menarik karena tidak lagi memproyeksikan kekuatan dan utopia," kata Neumann.
Pemboman mobil hampir setiap hari di Baghdad menunjukkan kemampuan kelompok untuk menimbulkan pembantaian tidak berkurang di Irak. Tapi Neumann mengatakan jatuhnya kota Mosul, Irak Utara memang menjadi pukulan mematikan dalam jangka panjang. (marloft)