HIPMI DanTantangan Industri Media di Tanah AIr
Selasa, 11 Februari 2020, 07:55 WIBBisnisNews.id -- Puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh setiap tanggal 9 Februari bertepatan dengan hari ulang tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). HPN 2020 ini, Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) berbicara mengenai tantangan industri media.
Ketua Umum BPP HIPMI Mardani H. Maming mengatakan, tantangan industri media harus diantisipasi. Karena perubahan yang terjadi di era sekarang membuat industri media menjadi berubah.
"Perubahan itu harus menjadi perhatian agar bisa diantisipasi, sehingga tidak hilang ditelan zaman," ujar Maming dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Dia melanjutkan, terlihat bahwa sekarang media-media konvensional mulai mengecil pendapatannya, sementara media-media digital menjadi lebih besar. Perubahan ini sebuah keniscayaan karena gaya hidup manusia berubah, media digital lebih cepat memberikan informasi dan yang paling penting banyak hal yang dilakukan oleh media digital bukan hanya sebagai media, tapi berbagai hal lain.
"Persaingan perusahaan media kali ini bukan hanya dengan sesama perusahaan media. Persaingan yang sebenarnya juga terjadi dengan perusahaan yang bukan media, namun menguasai informasi dan teknologi," ucap Maming lagi.
Dia juga menjelaskan, seperti diketahui perusahaan-perusahaan besar sekarang ini seperti Facebook dan Google pada dasarnya bukan perusahaan media, tetapi perusahaan media sosial. Yang terjadi sekarang, perusahaan tersebut sudah mengambil iklan yang jauh lebih besar dari perusahaan-perusahaan media.
"Orang di dunia dalam memasang iklan telah dikuasai oleh perusahaan media sosial. Perusahaan tersebut menggunakan teknologi dalam strategi pasar mereka. Bagaimana teknologi mengubah strategi promosi perusahaan yang lebih direct kepada konsumen," jelasnya.
Selain itu, kata Maming, tantangan industri media kali ini juga terdapat pada media-media yang langsung dikelola oleh individu. Misalnya YouTube channel. Semua artis atau publik figur punya media sendiri, dengan membuat YouTube channel sendiri.
"Ini adalah pesaing media yang luar biasa. Yang membaca dan menonton mereka, itu lebih besar dari media konvensional yang ada. Ini adalah fakta yang harus dihadapi," tegas Maming.(helmi)