Sepi Dihantam Corona, Pelaku Industri Pariwisata Harus Lakukan Promosi
Kamis, 30 April 2020, 06:38 WIBBisnisNews.id -- Ketua Bidang Ekonomi Kreatif, Pariwisata, Koperasi dan UMKM BPP HIPMI Rano Wiharta mengatakan, kejenuhan yang dialami mayoritas masyarakat selama masa pandemi corona bisa dimaknai bahwa mereka juga pasti memerlukan refreshing keluar rumah setelah wabah Covid-19 usai nanti. Sekarang harus konsolidasi dan lakukan promosi dan saat kondisi pulih semua langsung jalan.
Implikasinya, banyak warga masyarakat yang akan melakukan perjalanan wisata sebagai “balas dendam” karena beberapa pekan bahkan bulan melakukan aktivitas di dalam rumah.
"Peluang emas ini tentunya harus dimanfaatkan betul-betul oleh industri pariwisata. Akan ada lonjakan besar di sektor ini bahkan Presiden Joko Widodo sudah memprediksi lonjakan ini akan terjadi di awal 2021," ujar Rano di Jakarta.
Yang harus dilakukan industri pariwisata saat ini, lanjut Rano, adalah promosi. Promosi menjadi satu langkah tepat yang harus dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) lalu pemerintah daerah (Pemda) yang memiliki tempat-tempat wisata yang potensial dan seluruh stakeholder.
"Disaat semua orang jenuh di rumah dan mengidam-idamkan untuk jalan-jalan pelaku industri pariwisata mulai promosi," kata Rano lagi.
Sementara, bagi pelaku industri pariwisata dalam skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terkena dampak besar seperti penginapan, restoran, rental mobil bisa ikut ambil bagian.
Manfaatkan Jaringan Medsos
Menurutnya, pelaku industri pariwisata yang tidak lagi memiliki biaya untuk berpromosi, disarankan untuk menggunakan kekuatan media sosial. Media sosial adalah sarana gratis, mudah dan paling efektif disituasi saat ini serta bisa dilakukan dimana saja, termasuk di rumah.
"Untuk skala yang lebih besar, Kemenparekraf harus dapat menggunakan peluang ini dengan baik, banyak tempat indah di Indonesia yang belum diketahui oleh masyarakat Indonesia sendiri. Ini saatnya berpromosi masif agar tempat tersebut diketahui luas, supaya nanti setelah wabah Covid-19. Masyarakat memiliki banyak pilihan tempat tujuan di negaranya sendiri, ketimbang mereka harus lari pergi berwisata ke luar negeri yang akhirnya menguntungkan negara lain ketimbang negara kita tercinta yang indah ini," papar Rano.
Dalam konteks konten promosi, Rano menyarankan, harus juga dibuat visual yang menarik tentunya dan airing atau penyebaran promosinya dibuat luas, bukan hanya dalam tapi juga luar negeri. Satu hal yang sangat prinsip yang harus diubah oleh Kemenparekraf, yaitu tag line promosi pariwisata Indonesia terlalu banyak, seperti Wonderful Indonesia untuk audience luar negeri dan Pesona Indonesia untuk publik dalam negeri.
"Belum lagi tiap daerah memiliki tag line masing-masing. Ini sangat ambigu, seperti kita bingung menentukan identitas pariwisata kita sendiri, jadi jangan heran juga jika orang luar bingung dengan identitas kita. Contohlah Malaysia, begitu berani membuat slogan untuk pariwisatanya, yaitu "Malaysia, The Trully Asia" dengan aktris Michelle Yeoh sebagai Ambassador-nya.
"Cukup satu slogan ini, dari dulu Malaysia selalu di atas Indonesia untuk kunjungan wisatawan mancanegaranya, padahal bisa dibilang bahwa kita memiliki keindahan alam jauh di atas Malaysia," tegas Rano.(helmi)