Hutang China Semakin Agresif Picu Krisis Keuangan
Rabu, 16 Agustus 2017, 22:36 WIBBisnisnews.id - Tumpukan utang China yang menggelembung bisa menjadi pemicu krisis keuangan berikutnya karena pinjaman mencapai tingkat tidak berkelanjutan, menurut studi Dana Moneter Internasional (IMF).
IMF merilis laporan tahunan mengenai ekonomi China, pada hari Selasa 18 Agustus dan sementara merevisi kenaikan outlook pertumbuhan negara tersebut untuk empat tahun ke depan, IMF juga mengeluarkan peringatan keras mengenai kenaikan tingkat hutang.
"Prospek pertumbuhan telah direvisi naik, mencerminkan momentum kuat, komitmen target pertumbuhan, dan pemulihan ekonomi global," kata IMF dalam laporannya.
"Tapi ini bersamaan dengan biaya kenaikan hutang swasta dan publik yang terus berlanjut, dengan demikian meningkatkan risiko penurunan dalam jangka menengah."
Kredit ke sektor non-finansial meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir, laporan tersebut mengatakan, dan rasio kredit terhadap PDB melonjak menjadi 230 persen tahun lalu.
Mengutip pengalaman negara lain yang memicu pertumbuhan dengan mengambil hutang secara agresif, IMF memperingatkan bahwa utang China saat ini berbahaya.
"Pengalaman internasional menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit China berada pada lintasan berbahaya, dengan meningkatnya risiko penyesuaian atau perlambatan pertumbuhan," kata laporan tersebut.
Skala utang China diungkap oleh IMF, mencatat bahwa untuk pertumbuhan GDP China sebesar 5 triliun renminbi (sistem mata uang RRC) pada 2015-2016, dibutuhkan kredit baru sekitar 20 triliun renminbi. Sebaliknya, pada tahun 2007, pinjaman hanya 6,5 triliun renminbi.
Pertumbuhan aktual yang tidak didorong oleh pinjaman, jauh lebih rendah daripada angka dalam beberapa tahun terakhir, laporan tersebut menunjukkan.
"Pertumbuhan yang berkelanjutan yaitu pertumbuhan yang bisa dicapai tanpa ekspansi kredit yang berlebihan, kemungkinan jauh lebih rendah dari pertumbuhan aktual selama lima tahun terakhir," katanya. (marloft)