IKT Berani Tantang Pelabuhan Patimban Soal Car Terminal
Senin, 17 Desember 2018, 12:31 WIBBisnisnews.id - Pelabuhan Patimban Subang Jawa Barat dinilai bukan tandingan Car Terminal Tanjung Priok. Pelabuhan yang kini telah memasuki pengerjaan konstruksi dan ditargetkan beroperasi 2019, tidak akan menenggelamkan terminal yang dikelola PT Indonesia Kendaraan Terminal, Tbk (Persero) - IKT.
Pelabuha Patimban yang digadang-gadang bakal mengambil pasar angkutan otomotif itu, posisinya tidak strategis dengan kawasan industri otomotif. Dari total industri yang ada, hanya ada dua pabrik yang jaraknya sediki berdekatan dengan Patimban.
Kawasan pabrik otomotif sebagian besar ada di seputar Tanjung Priok, kecil kemungkinan masuknya ke Patimban yang jaraknya cukup jauh.
Direktur Utama PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (Persero), Chiefy Adi K mengatakan, Pelabuhan Patimban tidak ada nilai strategisnya bagi komoditi otomotif. Kecuali pemerintah jeli dalam membangun pelabuhan Patimban.
Pemerintah, seperti disampaikan Presiden Joko Widodo sebelumnya, ingin Indonesia menjadi negara produsen kendaraan terbesar se ASEAN. Posisi sekarang, Indonesia nomor dua di ASEAN.
Berdasarkan data, produksi kendaraan tahun 2017 sebesar 1.3 juta, Thailand sekitar 1,9, menempati urutan teratas. Perbedaan antara Indonesia dan Thailand sedikit hanya 600 ribu.
Karena itu, Kalau Pelabuhan Patimban dibangun untuk kegiatan serupa, pemerintah harus mendorong Jepang membangun pabrik-pabriknya di sekitar wilayah Patimban. Ini penting dilakukan untuk kepentingan ekspor dan kebutuhan pasar di Australia.
Chiefy mengatakan, tahun 2017, pabrik Toyota di Australia tutup. Pangsa pasar Toyota di negeri Kanguru itu sekitar 30 persen dan setelah tutup, suply terbesar dikuasai Thailand.
"Kalau pemerinta ingin menempati urutan teratas, kalahkan Thailand. Banun Car Terminal di Patimban dengan melibatkan semua pihak, dorong Jepang bangun oabriknya di kawaan itu, libatkan BUMN dan sawsta, buat perusahaan patungan, jangan jalan sendiri-sendiri, tidak akan bisa," tutur Chiefy pada Bisnisnews.id, di celah-celah Raker DPC INSA Jaya, yang berlangsung di Cisarua Jumat - Minggu (14-15/12/2018) lalu.
Karena itulah, Indonesia bisa menjadi negara pengekspor kendaraan nomor satu di ASEAN, kalau mampu megalahkan Thailand, yang kini menguasai pasar di Australia untuk jenis kendaraan yang diproduksi Toyota. Indonesia harus mampu memproduksi minimal 2 juta untuk bisa masuk ke posisi itu.
Nilai strategis kedua, adalah mendorong BUMN maupun anak perusahaannya, menjadi operator di Patimban. Dengan demikian, ungkap Chiefy, dipastikan akan menjadi yang terbesar.
Cara yang harus dilakukan ialah bersiergi, BUMN dan swasta, termasuk pelayaran nasional, membuat perusahaan patungan. Tapi kalau berjalan sendiri, dipastikan tidak mampu dan tetap tenggelam.
"Kalau mau mewujudkan itu, harus jalan bersama-sama bikin perusahaan patungan, kumpulkan Pelindo I - IV beserta swasta, bisa pelayaran juga. Manfaatnya, biaya yang sekarang mereka keluarkan untuk pelayanan di terminal bisa menjadi revenue bagi Patimban itu sendiri," tuturnya.
Tapi sebaliknya, kalau solusi itu tidak dilakukan, berjalan masing-masing, yang tercipta hanyalah kompetisi yang tidak sehat. Dimana satu sama lain akan saling melemahkan. "Kalau mau kuat, ayu, IKT siap kok," jelasnya. (Syam S)