Indonesia Galang Dukungan Negara-negara Sahabat
Jumat, 09 September 2016, 18:04 WIBIni adalah jamuan diplomatik ke-2 setelah sebelumnya pada bulan November 2015 juga dilakukan jamuan diplomatik di Kementerian Perhubungan. Jamuan diplomatik yang pertama tersebut digelar untuk mengumumkan pencalonan Indonesia menjadi Dewan ICAO. Jamuan diplomatik terakhir akan dilaksanakan di Montreal pada tanggal 29 September 2016 di sela-sela Sidang Umum ICAO.
Selaku tuan rumah, Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi didampingi oleh Utusan Khusus Menteri Perhubungan Untuk ICAO, Prof. Dr. Indroyono Soesilo, M.Sc dan Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Sugihardjo serta Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Suprasetyo.
Jamuan diplomatik dibuka dengan pertunjukkan musik tradisional Angklung dari Jawa Barat dan dilanjutkan dengan Sambutan Menteri Perhubungan.
Dalam acara yang bernuansa cocktail party tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengucapkan terimakasih kepada seluruh Para Perwakilan Negara Sahabat yang hadir atas dukungan yang diberikan untuk Indonesia di berbagai aspek. Terutama dalam kerangka kerjasama bilateral maupun multilateral.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan juga meminta dukungan pada Para Perwakilan Negara Sahabat yang hadir agar mendukung Indonesia pada pemilihan Anggota Dewan ICAO Periode 2016-2019 khususnya untuk Kategori III. Pemilihan Anggota Dewan ICAO Periode 2016-2019 akan berlangsung pada rangkaian Sidang Majelis Umum ICAO ke-39 tanggal 27 September s/d 7 Oktober 2016 di Montreal, Kanada.
Dewan ICAO Kategori III adalah representasi negara-negara berpengaruh dalam hal kewilayahan ruang udara. Indonesia pernah mengemban amanat sebagai anggota Dewan ICAO Kategori III mulai tahun 1962 sampai tahun 2001.
Keunggulan Indonesia
Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan Indroyono Soesilo tentang perkembangan penerbangan sipil Indonesia yang sudah maju pesat baik tingkat domestik maupun internasional. Indroyono memaparkan bahwa Indonesia merupakan negara yang berpengaruh dalam kancah penerbangan sipil internasional.
Dalam hal fakta kewilayahan udara, Indonesia sangat strategis dan berpengaruh. Ruang udara Indonesia membentang panjang di antara Australia dan Asia. Penerbangan dari Australia menuju Asia, yang paling singkat harus melewati Indonesia. Begitu pula sebaliknya, terutama dari negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei, harus melewati Indonesia agar penerbangan lebih efisien.
Tidak hanya itu, tiga dari delapan rute utama dunia juga melalui ruang udara dan akan dikontrol oleh navigasi penerbangan Indonesia. Yaitu rute Asia-Australia-Afrika, rute Asia-Australia, dan rute Eropa-Asia-Australia via selatan Himalaya. Termasuk di antaranya rute dari Asia Tenggara, China, Korea dan Jepang untuk menuju Australia dan Selandia Baru.
Ruang udara Indonesia saat ini dilayani oleh dua Flight Information Region (FIR) yaitu FIR Jakarta dan FIR Ujung Pandang/ Makassar dengan teknologi terkini. Seperti misalnya FIR Ujung Pandang/ Makassar sudah menggunakan sistim Top Sky yang sangat modern.
Dari sisi kebandarudaraan, Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia juga pernah mendapat penghargaan Aga Khan Award pada 1995 atas keindahan lanskap arsitekturnya. Bandara terbesar di Indonesia ini pada tahun 2015 lalu juga dicatat Airport Council International (ACI) sebagai bandara tersibuk nomor 15 di dunia karena melayani pergerakan 57 juta penumpang di tahun itu. Pada bulan Agustus 2016 lalu, bandara ini juga sudah mengoperasikan Terminal 3 yang berkapasitas 25 juta pergerakan penumpang per tahun. Sehingga kenyamanan penumpang domestik dan internasional akan semakin meningkat.
Indonesia juga memiliki dan mengembangkan pabrik pembuatan pesawat bernama PT. Dirgantara Indonesia. PT. DI merupakan pabrik pesawat yang disegani di dunia dan menjadi satu-satunya di kawasan Asia Tenggara. PT. DI juga mensuplai beberapa bagian pesawat untuk pesawat produksi Airbus.
Selain itu, Indonesia juga memiliki pakar kedirgantaraan yang sudah dikagumi dan dihormati secara internasional yaitu Prof. Dr. Ing BJ. Habibie. Nama Habibie adalah satu-satunya nama dari Asia yang terpatri pada dinding kantor ICAO sebagai salah satu penerima Edward P. Warner Award di tahun 1994.
Untuk menjaga keberlangsungan penerbangan sipil, Indonesia juga telah meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangannya. Pada tanggal 15 Agustus 2016 lalu, otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat (Federal Aviation Administration/ FAA) secara sah mengakui keselamatan penerbangan Indonesia dengan menaikkan rating keselamatan penerbangan Indonesia menjadi Kategori 1.
Sedangkan dalam hal keamanan penerbangan, ICAO telah menyelesaikan audit keamanan penerbangan (Universal Security Audit Program/USAP) untuk Indonesia. Hasil USAP ICAO untuk Indonesia yang disampaikan pada bulan November 2015 lalu mencapai angka 94,92 persen.
Dengan segala fakta-fakta tersebut, Indroyono yakin bahwa Indonesia sudah layak untuk duduk sebagai salah satu dari 36 Negara Anggota Dewan ICAO Kategori III. Namun Indroyono menyampaikan bahwa Indonesia tidak akan masuk menjadi Anggota Dewan tanpa dukungan dari Negara-negara Sahabat. Untuk itu diperlukan dukungan Negara Sahabat khususnya yang hadir pada jamuan diplomatik tersebut.
Jamuan diplomatik hari ini yang mengusung tema "Indonesia Seeks Support for ICAO Council 2016-2019" juga dimanfaatkan oleh 38 Pejabat Kementerian Perhubungan untuk melobi dan melakukan diplomasi kepada Perwakilan Negara Sahabat yang hadir selama kegiatan berlangsung.