Ini Dampak Covid-19, PT Angkasa Pura Siapkan 3 Skenario
Rabu, 22 April 2020, 07:40 WIBBisnisNews.id -- Tren penurunan lalu lintas penumpang dan pergerakan pesawat udara nasional di tengah COVID-19 juga dirasakan di bandara-bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II. Pergerakan penumpang dan pesawat di 19 Bandara AP II sudah terjadi dan cenderung makin turun.
President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan jumlah penumpang pesawat di 19 bandara perseroan pada tahun ini pada awalnya diperkirakan mencapai 93,92 juta penumpang.
“Namun kemudian terjadi pandemi global COVID-19, dan dengan melihat tren yang ada serta mempertimbangkan situasi, kondisi, perkembangan di industri serta kebijakan regulator, diperkirakan jumlah penumpang tidak akan mencapai 93,92 juta penumpang," kata Muhammad Awaluddin di Jakarta.
“Kami menetapkan ada 3 skenario sebagai dasar dalam menjalankan strategi di tengah pandemi ini. Skenario tersebut adalah Best Scenario, Bad Scenario dan Worst Scenario,” jelas Muhammad Awaluddin.
Muhammad Awaluddin menjelaskan pada Best Scenario diperkirakan jumlah penumpang pesawat di 19 bandara mencapai 68,22 juta penumpang atau lebih rendah 27% dibandingkan dengan perkiraan awal, sementara itu pada Bad Scenario bisa sebanyak 63,49 juta penumpang atau lebih rendah 32% dari perkiraan awal, dan pada Worst Scenario jumlah penumpang kemungkinan 57,80 juta penumpang atau lebih rendah 38,45% dari perkiraan awal.
"Perkiraan jumlah penumpang berdasarkan 3 kriteria diatas didasarkan pada periode berakhirnya pandemi, kecepatan recovery industri aviasi dan periode normal yang ditandai dengan kondisi ekonomi yang sudah kembali stabil," jelas Awaluddin.
Adapun dalam menghadapi tantangan COVID-19 ini PT Angkasa Pura II telah menetapkan strategi mitigasi risiko yaitu Business Continuity Management yang terdiri dari 3 fase yaitu Business Survival, Business Recovery, dan Business Sustainability.
Saat ini perseroan tengah menjalankan fase Business Survival dengan obyektifnya antara lain perlindungan tenaga kerja, cost leadership, pemilihan prioritas investasi dan optimalisasi arus kas perseroan.(helmi)