Iran: Teroris Rayakan Serangan AS Ke Suriah
Minggu, 09 April 2017, 22:55 WIBBisnisnews.id - Iran mengecam serangan Amerika Serikat ke pangkalan udara Suriah. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, para teroris merayakan serangan AS tersebut.
Sedikitnya enam orang dilaporkan tewas dalam serangan rudal AS Jumat. Serangan itu merupakan pembalasan terhadap dugaan serangan kimia Rabu pekan lalu di kota Khan Sheikhoun, yang dikuasai pemberontak, yang dilaporkan menewaskan 89 orang.
Pada hari Sabtu, di Suriah ibukota Damaskus dan di seluruh dunia, sejumlah kalangan memprotes serangan udara AS itu. Mereka menegaskan bahwa seharusnya AS tidak berperang dengan Suriah.
Dalam pidato yang disiarkan saluran televisi pemerintah, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, orang yang kini berkuasa di Amerika mengaku ingin memerangi terorisme Tapi hari ini, semua teroris di Suriah merayakan serangan AS ini.
"Mengapa Anda membantu kelompok-kelompok teroris dan mendukung mereka dalam aksi pertama Anda?" kata Rouhani seperti dilansir BBC.com
Tapi Rouhani mendukung seruan untuk dilakukannya penyelidikan independen terhadap dugaan serangan senjata kimia itu.
Iran menggunakan istilah 'kelompok teroris' untuk merujuk kepada berbagai pemberontak yang berperang melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang sebagian di antaranya didukung AS.
AS memasok senjata, pelatihan dan bantuan militer untuk apa yang mereka sebut kelompok pemberontak 'moderat' Suriah. Mereka memimpin koalisi yang melakukan serangan udara terhadap kelompok-kelompok jihad di Suriah sejak 2014, tapi ini adalah pertama kalinya serangan itu menyasar pasukan pemerintah.
Pada hari Sabtu, Rusia meminta AS untuk memberikan bukti pada tudingannya bahwa ada senjata kimia di lokasi kejadian.
Juru bicara kementerian pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan: "Tak satu pun orang yang berada di lapangan terbang mengenakan masker gas dan mereka semua merasa normal."
"Karenanya pertanyaan yang muncul adalah: Siapa yang sekali lagi menyusupkan apa yang disebut sebagai 'bukti' kepada seorang presidan AS yang lain, tentang adanya 'senjata kimia' di negara yang Washington berkeberatan, dan apa sebenarnya itu?"
"Satu-satunya cara memperoleh bukti yang obyektif dari dugaan adanya zat beracun di Shayrat dan menyampaikannya kepada seluruh masyarakat dunia adalah dengan mengirim misi para ahli profesional ke sana."
Sementara itu Menteri Pertahanan Inggris Sir Michael Fallon menyebut bahwa sebagai pendukung Suriah, Rusia 'bertanggung jawab atas setiap kematian akibat serangan kimia di Suriah.'
Militer Suriah membantah menggunakan bahan kimia apapun, sementara sekutunya Rusia mengatakan - tanpa memberikan bukti - bahwa yang terjadi adalah, serangan udara SUriah menghantam sebuah fasilitas penyimpanan senjata kimia pihak pemberontak.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson yang membatalkan kunjungan ke Moskow, mengatakan situasi telah berubah 'fundamental' dan ia akan bekerja dengan AS dalam mewujudkan gencatan senjata.
Menteri Pertahanan Inggris Sir Michael Fallon dalam artikelnya di Sunday Times, mengatakan bahwa Kremlin sebagai 'pendukung utama' rezim Presiden Bashar al-Assad, bertanggung jawab 'secara tidak langsung' atas dugaan serangan kimia itu.
Sebalumnya ia menyebut bahwa dugaan serangan itu 'barbar, amoral dan ilegal" dan menyebut bahwa serangan udara AS merupakan 'tindakan yang tepat. (Gungde Ariwangsa)