Jumlah Eksodus Mengkhawatirkan Capai 270 Ribu Orang
Sabtu, 09 September 2017, 13:45 WIBBisnisnews.id - PBB mengatakan 270 ribu Muslim Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar dengan menyeberang ke Bangladesh dalam dua minggu terakhir.
Angka baru dikonfirmasi Jumat (8/9/2017) oleh juru bicara untuk pengungsi PBB, Vivian Tan yang mana jauh lebih banyak dari perkiraan sebelumnya 164 ribu sejak 25 Agustus.
"Ini adalah jumlah yang mengkhawatirkan," kata Tan. "Kamp yang ada penuh. Ada banyak tekanan pada lembaga bantuan untuk mengakomodasi kenaikan angka tersebut. "
Dia mengatakan bahwa jumlah baru itu masih merupakan perkiraan kasar dan berdasarkan penilaian sejumlah lembaga bantuan yang beroperasi di wilayah tersebut. Belum lagi yang di desa-desa, di mana masyarakat Bangladesh telah membawa mereka masuk dan beberapa permukiman dan daerah-daerah yang sulit diakses.
"Kamp-kamp darurat segera muncul dan berkembang di sepanjang pinggir jalan," kata Tan. Dia mengatakan mungkin beberapa orang yang telah mendapat bantuan dari beberapa agensi bisa terhitung dua kali.
Eksodus dari negara bagian Rakhine utara Myanmar dimulai 25 Agustus setelah gerilyawan Rohingya menyerang pos polisi. Militer menanggapi dengan "operasi pembersihan" untuk membasmi semua pejuang yang dikatakannya mungkin bersembunyi di desa-desa di negara bagian Rakhine.
Pemerintah Myanmar mengatakan hampir 400 orang tewas dalam pertempuran melawan pemberontak, namun Rohingya mengatakan bahwa justru tentara Myanmar dan gerombolan Biksu yang menyerang dan menghancurkan desa mereka.
Tidak diketahui berapa banyak Rohingya yang tinggal di negara bagian Rakhine. Sebelumnya populasi diperkirakan kira-kira 1 juta.
Jumlah Rohingya yang terus bertambah juga tiba dengan kapal, dengan 300 kapal mencapai kota Cox's Bazar di Bangladesh pada hari Rabu (13/9/2017) menurut Organisasi Migrasi Internasional (IOM) dikutip dari AP.
"Rute laut sangat berbahaya sepanjang tahun ini, kapal diketahui sering tenggelam di laut lepas," kata IOM dalam sebuah pernyataan.
Puluhan orang Rohingya telah meninggal dunia dalam berbagai kasus sejak eksodus dimulai, dan ada bahaya lain seperti ranjau darat.
Ranjau ditanam bertahun-tahun lalu di sepanjang bagian perbatasan. Pejabat Bangladesh mengatakan tentara Myanmar telah menanam bahan peledak baru sejak gelombang kekerasan terakhir dimulai, meski militer Myanmar membantahnya.
Lembaga pengungsi PBB telah mengeluarkan 8 juta dolar bantuan darurat di daerah tersebut, namun jelas masih kurang. (marloft)