KNKT Paparkan Hasil Monitoring Jalur Pemalang-Purbalingga di Forum LLAJ Jateng
Sabtu, 15 Februari 2020, 06:09 WIBBisnisNews.id -- KNKT bersama-sama dengan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Dinas Bina Marga Provinsi Jateng melakukan monitoring dan evaluasi jalur Pemalang – Purbalingga guna meningkatkan standar keselamatan pada ruas tersebut. Setiap kegiatan angkutan Lebaran jalur ini menjadi jalur alternatif yang disukai oleh pemudik meski rawan kejadian kecelakaan lalu lintas.
Selanjutnya, hasil monitoring dipaparkan KNKT, yang dipimpin langsung olehinvestigator senior Ahmad Wildan pada Rapat Forum LLAJ yang dihadiri oleh stakeholder terkait mulai dari Ditlantas Polda Jateng, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah. Kemudian Polres, Dinas Perhubungan Kabupaten dan Dinas Pekerjaan Umum pada wilayah Banyumas, Purbalingga dan Pemalang.
Pada kesempatan itu, menurut Wildan, ada 3 hal yang disampaikan KNKT. Pertama, bahwa jalur Pemalang – Purbalingga adalah merupakan jalan provinsi kelas III yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer. "Artinya standar geometrik pada jalan tersebut dipersiapkan bagi kendaraan dengan panjang maksimal 9 meter dan lebar maksimal 2,1 meter," kata Wildan menjawab BisnisNews.id.
Namun pada kenyataannya pada operasionalnya dilalui oleh bus besar maupun truk besar dengan panjang 12 meter dan lebar 2,5 meter. Hal ini, menurut Wildan, tentu saja menjadikan jalan tersebut “seolah” dibawah standar karena pada dasarnya radius tikung dan alinyemen horizontal maupun vertikal lainnya hanya dipersiapkan bagi kendaraan dibawahnya.
Kedua, jelas Wildan, KNKT masih menemukan adanya tikungan dengan superelevasi terbalik, sehingga kendaraan yang melaluinya berpotensi terkena gaya sentrifugal dan tertarik ke jurang.
"Dan ketiga KNKT menemukan adanya dinding tebing yang longsor, terutama pada musim hujan membawa lumpur ke jalanan," papar dosen PKTJ Tegal itu.
Menurut dia, kondisi tersebut beresiko terhadap pengguna jalan yang melaluinya karena dapat terkena fenomena “viscose aquaplaning”.
"Dijelaskan pada forum tersebut, aquaplaning yaitu fenomena hilangnya traksi roda terhadap jalan sehingga menyebabkan kendaraan meluncur bebas tidak terkendali," papar Wildan.
Tiga Jenis Aquaplaning
Menurut wildan, sedikitnya ada tiga jenis aquaplaning, pertama yaitu dynamic aquaplaning yaitu fenomena jalan tergenang air yang saat dilalui kendaraan, air membungkus roda yang menyebabkan roda kehilangan traksinya. Fenomena ini sering terjadi di Indonesia.
"Kedua adalah reverted rubber aquaplaning, yaitu fenomena roda yang terbungkus oleh uap air karena gesekan antara roda dengan aspal, hal ini biasanya terjadi pada pesawat atau balap mobil formula 1," terang Wildan.
Dan yang ketiga, urai dia, yaitu yang terburuk adalah viscose aquaplaning yaitu fenomena terbungkusnya roda oleh salju atau lumpur sehingga kendaraan seperti berada diatas papan ski.
"Pada jalur Pemalang– Purbalingga maupun jalur Dieng dimana tebingnya sering longsor dengan membawa lumpur ke jalan raya potensi fenomena viscose aquaplaning ini kemungkinan besar dapat menimpa pengguna jalan diatasnya," sebut Wildan.
"Jika terkena fenomena ini maka semua kendaraan baik yang kecil sampai besar akan meluncur bebas tanpa kendali layaknya sebuah papan selancar diatas salju," tegas alumni STTD Bekasi itu.(helmi)