Korea Utara Kembali Tahan Warga AS
Minggu, 07 Mei 2017, 23:23 WIBBisnisnews.id - Korea Utara pada hari Minggu (7/5/2017) mengatakan bahwa mereka menahan seorang warga Amerika lainnya.
Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) memberitakan bahwa Kim Hak Song, pegawai Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang ditahan Sabtu (6/5/2017).
Korea Utara pada hari Rabu (3/5/2017) mengumumkan penahanan seorang dosen akuntansi dari universitas yang sama, Kim Sang Dok, atas tindakan permusuhan untuk membalikkan negara tersebut. KCNA tidak mengatakan apakah kedua kasus saling terhubung.
"Institusi yang relevan tengah melakukan penyelidikan atas kejahatannya," menurut berita KCNA tentang Kim Hak Song.
Departemen Luar Negeri di Washington mengatakan mereka mengetahui laporan penahanan terbaru itu dan mengatakan bahwa keamanan warga AS adalah salah satu prioritas tertinggi departemen tersebut.
Kim Hak Song termasuk di antara setidaknya 4 orang Amerika yang ditahan di Korea Utara. Yang lainnya adalah Otto Warmbier yang menjalani masa hukuman 15 tahun karena tuduhan melawan negara. Lalu Kim Dong Chul, yang menjalani masa 10 tahun atas tuduhan spionase.
Ada lagi Kim Sang Dok, mantan dosen akuntansi di Universitas Pyongyang yang ditangkap di Bandara Internasional Pyongyang pada 22 April 2017, kata KCNA. Tuduhannya adalah tindakan penggulingan pemerintah Korea Utara.
Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang adalah satu-satunya universitas di Korea Utara yang didanai swasta dan memiliki sejumlah besar staf asing.
Washington, Seoul dan yang lainnya sering menuduh Korea Utara menggunakan tahanan asing untuk konsesi diplomatik.
Di tengah kekhawatiran uji coba rudal Pyongyang, Presiden Donald Trump telah mengatakan bahwa dia tidak mengesampingkan tindakan militer terhadap Korea Utara, walaupun Trump juga mengatakan bahwa dia bersedia berbicara dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un dalam situasi yang tepat.
Korea Utara pada hari Jumat (5/5/2017) menuduh agen mata-mata AS dan Korea Selatan melakukan percobaan pembunuhan walau tidak berhasil terhadap pemimpin Kim Jong Un yang melibatkan senjata biokimia. (Marloft)