Korea Utara Tidak Peduli Sanksi Perjalanan AS
Selasa, 25 Juli 2017, 20:13 WIBBisnisnews.id - Larangan Washington terhadap warga AS yang bepergian ke Korea Utara tidak akan berpengaruh pada industri pariwisata negara tersebut dan Pyongyang sama sekali tidak peduli," kata pejabat senior pada hari Selasa 25 Juli.
Langkah tersebut akan diberlakukan minggu ini dan setelah diberlakukan, paspor AS tidak lagi diperbolehkan melakukan perjalanan ke negara terisolasi dan tunduk pada beberapa sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai program nuklir dan misilnya.
Sekitar 5 ribu wisatawan Barat mengunjungi Korea Utara setiap tahun, kata perusahaan tur mengatakan, dengan orang Amerika berjumlah sekitar 20 persen. Perjalanan standar satu minggu menghabiskan biaya sekitar 2 ribu dolar.
Tapi Han Chol-Su, wakil direktur Kawasan Pengembangan Wonsan membantah bahwa hilangnya bisnis akan berdampak.
"Jika pemerintah AS mengatakan warganya tidak bisa datang ke negara ini, kami tidak peduli sedikitpun," katanya kepada AFP di Pyongyang.
Washington mengumumkan langkah tersebut setelah kematian Otto Warmbier, mahasiswa Universitas Virginia yang dijatuhi hukuman 15 tahun kerja keras di Korea Utara karena telah mencoba mencuri poster propaganda.
Warmbier dikirim pulang dalam sebuah koma misterius bulan lalu yang Pyongyang katakan bahwa dia mengidap botulisme, dan meninggal segera setelah itu.
Departemen Luar Negeri telah lama memperingatkan warganya agar tidak melakukan perjalanan ke Korea Utara, dengan mengatakan bahwa mereka berisiko tinggi ditangkap dan ditahan secara jangka panjang di bawah sistem penegakan hukum Korea Utara, yang menerapkan hukuman kasar terlalu keras untuk tindakan yang tidak akan dianggap kejahatan di Amerika Serikat.
Organisasi Han mencoba mempromosikan Kawasan Turis Internasional Wonsan-Gunung Kumgang. Dia mengatakan langkah Washington bermotif politik. "AS telah melanjutkan sanksi terhadap kami tapi kami sama sekali tidak peduli," katanya.
Pejabat Pyongyang secara konsisten mengatakan bahwa sanksi terhadap negara mereka tidak berpengaruh.
Namun menurut bisnis perusahaan tur telah terpukul keras oleh perkembangan terakhir, "Tentu saja, dari semua drama yang telah berlangsung akhir-akhir ini, isu Warmbier adalah yang terbesar untuk pariwisata," kata Simon Cockerell, general manager Koryo Tours yang telah melihat pemesanan turun 50 persen. "Ini sangat menekan pasar."
Keputusan AS, katanya, akan menyerang orang-orang Korea Utara yang bekerja di sektor pariwisata, dan menghapus kemungkinan elemen kemanusiaan manusiawi antara kedua pihak yang banyak saling menjelekkan.
Matt Kulesza dari Young Pioneer Tours, perusahaan yang membawa Warmbier ke negara tersebut mengatakan bahwa efek larangan di Korea Utara sama sekali tidak ada.
Tapi orang Amerika, lanjutnya, akan kehilangan kebebasan untuk melakukan perjalanan ke DPRK (Korea Utara) dan mengalami DPRK untuk mereka sendiri. (marloft)