Korut Uji Rudal Lagi, AS Segera Menyerang
Jumat, 30 Juni 2017, 03:12 WIBBisnisnews.id - Ancaman Amerika Serikat untuk menyerang Korea Utara bila negera itu melakukan kembali uji coba rudal nuklir atau balistik tidak main-main. Opsi serangan militer ke Korut sudah direvisi dan siap dipresentasikan kepada Presiden Donald Trump
Demikian dikemukakan dua pejabat militer AS kepada CNN. Pilihan tersebut, yang mencakup sebuah respon militer, akan dipresentasikan kepada presiden jika Pyongyang melakukan uji coba rudal nuklir atau rudal balistik. Langkah uji coba itu dinilai sebagai indikasi rezim Korut membuat kemajuan signifikan dalam pengembangan senjata yang dapat menyerang AS.
Penasihat Keamanan Nasional AS HR McMaster juga mengkonfirmasi secara terbuka pada hari Rabu atau Kamis (29/6/2017) WIB bahwa opsi militer telah dipersiapkan.
"Apa yang harus kita lakukan adalah menyiapkan semua opsi karena Presiden telah menjelaskan kepada kita bahwa dia tidak akan menerima sebuah tenaga nuklir di Korea Utara dan sebuah ancaman yang dapat menargetkan Amerika Serikat dan menargetkan populasi Amerika," kata McMaster dalam sambutannya pada Sebuah think tank Washington.
Sehari menjelang kunjungan Presiden Korea Selatan Moon ke Washington, McMaster mengatakan kepada sekelompok pemangku kepentingan bahwa Korea Selatan "disandera" oleh rezim Korea Utara.
"Ancamannya jauh lebih cepat sekarang. Kami tidak dapat mengulangi pendekatan gagal yang sama di masa lalu," kata McMaster. "Presiden telah mengarahkan kita untuk tidak melakukan itu dan menyiapkan berbagai pilihan, termasuk opsi militer, yang tak seorang pun ingin ambil."
McMaster mengatakan bahwa kunjungan Moon akan mencakup diskusi mengenai pendekatan baru ke Korea Utara. "Ada pengakuan bahwa harus ada tekanan lebih besar pada rezim tersebut. Saya pikir apa yang akan Anda lihat dalam beberapa hari dan minggu mendatang adalah upaya untuk melakukan itu," kata McMaster.
Anggota tim keamanan nasional Presiden lainnya juga telah berbicara tentang kekhawatiran Trump mengenai Korea Utara. "Saya hampir tidak pernah lolos dari sebuah hari di Gedung Putih tanpa Presiden bertanya kepada saya tentang Korea Utara dan bagaimana Amerika Serikat menanggapi ancaman tersebut,"
Direktur CIA Mike Pompeo mengatakan kepada Hugh Johnson Hewitt pekan lalu. "Ini sangat penting di bagian atas pikirannya."
Trump minggu lalu juga mengindikasikan dirinya semakin khawatir. "Rezim Korea Utara menyebabkan masalah yang luar biasa dan merupakan sesuatu yang harus ditangani, dan mungkin ditangani dengan cepat," katanya.
Seorang pejabat pertahanan mengatakan AS sangat prihatin dengan kemampuan Korea Utara untuk menyembunyikan pengujiannya dari AS sampai saat terakhir. Ini memberi peringatan kecil kepada AS jika sebuah rudal atau uji coba nuklir akan segera terjadi.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley memperingatkan anggota parlemen pada hari Rabu bahwa program rudal Korea Utara mungkin akan maju menjelang perkiraan sebelumnya yang menempatkan rezim Kim Jong Un yang tidak dapat diprediksi tiga sampai lima tahun dari pencapaian ambisinya karena dapat mengirimkan senjata nuklir ke Amerika Serikat.
"Anda lebih optimis mengatakan itu beberapa tahun sebelum sebuah ICBM (rudal balistik antar benua) maju," katanya saat bersaksi di depan Komite Urusan Luar Negeri DPR. "Saya pikir itu akan terjadi lebih cepat, karena mereka pada target untuk melakukan itu."
Setiap uji coba rudal atau perangkat nuklir sedang dievaluasi secara ketat untuk menentukan apakah itu secara signifikan meningkatkan kemampuan Korea Utara. Namun serangan mendahului AS terus menjadi pilihan yang sangat bermasalah karena Pentagon telah lama yakin Korea Utara pada gilirannya akan menyerang Korea Selatan.
Ketergantungan pada China untuk menekan Korea Utara secara diplomatis berlanjut namun jika Pyongyang melakukan uji coba bawah tanah lainnya, AS dapat memutuskan bahwa strategi tersebut tidak berjalan baik. (Gungde Ariwangsa)