Lepas Dari ISIS, Suriah Dipromosikan Untuk Turis
Sabtu, 20 Januari 2018, 22:33 WIBBisnisnews.id - Lebih dari setahun sejak rezim Bashar al-Assad, dengan bantuan Rusia, menundukkan pemberontak di sebelah timur Aleppo. Namun Suriah bangkit membangun kembali ekonominya lewat promosi destinasi wisata ke Aleppo.
Bangunan menjadi rata, orang-orang yang selamat hidup dalam teror, lapar dan putus asa, dan bau busuk mayat tercium dari reruntuhan saat keluarga mencari orang yang mereka cintai.
Sekarang, setelah kota hancur dikendalikan, rezim Assad ingin dunia mengunjungi yang tersisa sebagai tujuan wisata.
Minggu ini pemerintah Suriah mengiklankan Aleppo, bersama dengan destinasi lain di Suriah, di Pameran Bisnis Pariwisata Internasional di Madrid, mempromosikan atraksi negara tersebut ke seluruh dunia.
Ini adalah pertama kalinya Suriah menghadiri pameran perdagangan sejak 2011, sebelum perang pecah.
Seiring dengan reruntuhan Aleppo, pemerintah juga mendorong wisatawan mengunjungi reruntuhan kuno era Romawi Palmyra, situs arkeologi yang terdaftar di UNESCO yang dua kali dikuasai oleh kelompok ISIS.
Pejuang ISIS meledakkan beberapa kuil dan menara, sebelum dipaksa keluar untuk terakhir kalinya tahun lalu oleh pasukan pemerintah Suriah dan Rusia.
"Tahun ini adalah waktu untuk membangun kembali Suriah dan ekonomi kita," Bassam Barsik, direktur pemasaran di Kementerian Pariwisata Suriah mengatakan kepada AFP.
Barsik mengatakan 1,3 juta pengunjung asing melakukan perjalanan ke Suriah tahun lalu, meskipun angka tersebut mencakup orang-orang yang berasal dari negara tetangga Lebanon hanya untuk satu hari.
"Kami menargetkan dua juta pengunjung tahun ini," katanya.
Dia berargumen bahwa destinasi keagamaan, seperti kota bersejarah Maaloula, salah satu tempat terakhir di bumi dimana bahasa Aram masih diucapkan, masih menarik bagi wisatawan.
Damaskus, Tartus, Latakia dan kastil Tentara Salib yang bersejarah di Krak des Chevaliers yang dekat dengan perbatasan dengan Lebanon, meski dirusak oleh pemboman, merupakan atraksi lain yang bisa dikunjungi.
"Pada tahun 2017, tentara menguasai sebagian besar negara, dan itu adalah bantuan besar untuk mempromosikan Suriah ke luar negeri dan menarik lebih banyak lagi kelompok turis," kata Barsik.
Sebagian besar negara malah menyarankan warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Suriah.
Perang diperkirakan telah merenggut nyawa setidaknya 340.000 orang sejak 2011. (marloft)