Mantan Pejuang ISIS Minta Bantuan Australia
Minggu, 13 Agustus 2017, 20:12 WIBBisnisnews.id - Abu Khaled al-Cambodi, yang pernah menjadi tokoh kunci ISIS sekarang menginginkan bantuan Australia. Dia telah menghabiskan 10 bulan terakhir di penjara keamanan maksimum di Turki.
Seorang perekrut inti dan mantan pejuang ISIS yang dipenjara di Turki telah meminta bantuan dari pemerintah Australia, kata beberapa pejabat pada hari Minggu 13 Agustus.
Neil Prakash yang lahir di Melbourne, nama lain Abu Khaled al-Cambodi, ditangkap 10 bulan yang lalu saat ia mencoba menyeberang ke Turki dari Suriah.
Menteri Luar Negeri Julie Bishop mengkonfirmasi bahwa dia menerima bantuan mendasar. Investigasi surat kabar Herald Sun menemukan bahwa ini atas permintaan Prakash sendiri.
Jaksa menuduh dia merekrut warga Australia ke ISIS dan mendukung perjalanan mereka ke Suriah, serta merencanakan teror dan serangan lainnya di Australia.
Menteri Kesehatan Greg Hunt mengatakan bahwa pemerintah Australia tertarik menerima intelijen ISIS dari Prakash.
"Itu kepentingan kita, justru melindungi orang Australia di dalam dan di luar negeri," kata rekan Bishop.
Sanksi berat yang melarang siapapun membantu Prakash maka Bishop mengeluarkan izin khusus untuk memungkinkan petugas diplomatik membantunya, Herald Sun melaporkan.
Pejabat mengatakan bahwa mereka telah dua kali mengunjungi pria berusia 27 tahun tersebut di sebuah penjara keamanan maksimum di kota perbatasan Gaziantep, dan bertindak atas nama dia dengan pihak berwenang di Turki.
Pengantin Jihadi
Prakash dilaporkan mengatakan kepada penyidik Turki bahwa dia telah menikahi wanita Belanda yang disebut pengantin jihadi dan memiliki dua anak yang berhak mendapatkan kewarganegaraan Australia. Dia mengatakan anak-anak itu kemungkinan masih berada di Suriah.
Bishop mengatakan bahwa Australia telah meminta ekstradisinya, di mana dia akan menghadapi tuntutan atas pelanggaran yang sangat serius. Kasus pengadilannya di Turki perlu diselesaikan sebelum ekstradisi dapat dilakukan.
Dia sepertinya menyeberang ke Suriah pada tahun 2013 untuk berperang bersama kelompok pemberontak Ahrar al-Sham, namun membelot ke ISIS ketika mereka menyatakan diri mereka musuh. Dia dilaporkan dilatih bersama 50 sampai 60 anggota ISIS dan dikirim ke Kobane untuk berperang melawan tentara Kurdi.
"Kami berjuang selama sekitar dua minggu, saya menggunakan senjata Kalashnikov, saya tidak tahu apakah saya membunuh anggota PYD / PKK manapun dalam peperangan yang saya ikuti," katanya.
Minggat dari ISIS
Dia cedera dalam pertempuran dan meminta transfer ke unit yang berbeda. Tapi setelah pulih, dia diperintahkan kembali berperang. Dia dilaporkan kecewa dengan kelompok tersebut dan mencoba melarikan diri, membayar penyelundup 3.150 dolar untuk membawanya melintasi perbatasan.
"Di sini komandan ISIS bersikeras agar saya berperang lagi dan ketika saya mengatakan bahwa saya tidak akan berperang maka mereka mengancam akan membunuh saya," katanya.
"Lalu saya menemukan jalan dan lari dari markas besar Raqqa mereka."
Pihak berwenang Australia memberi petunjuk ke Turki dan dia ditangkap.
Prakash adalah perekrut inti dalam materi propaganda ISIS dan menjadi salah satu yang paling dicari di Australia pada bulan Agustus 2015 ketika dia muncul sebagai pendukung rencana namun gagal untuk memenggal seorang petugas polisi pada Hari Anzac.
Perdana Menteri Malcolm Turnbull telah menggambarkan Prakash sebagai "kejam." Laporan yang mengatakan dia meninggal dalam serangan udara pada tahun 2016 adalah salah. (marloft)