Maskapai Garuda Proyeksikan Penguatan Alat Produksi Dengan 100 Pesawat di Akhir Tahun
Kamis, 27 Maret 2025, 15:36 WIB
BISNISNEWS.id - Maskapai Garuda Indonesia melakukan akselerasi sejumlah armadanya yang telah masuk jadwal perawatan rutin ringan dan besar atau overhaul sejak 2024 dan secara bertahap akan selesai tahun ini.
Pada kuartal II-2025, dua pesawat Boeing 737-800 NG yaitu PK-GUH (MSN-44218) dan PK-GUI (MSN-44217) dijadwalkan siap mengudara melayani penumpang di rute domestik dan internasional, memperkuat armada yang sudah ada saat ini, usai melakukan perawatan rutin.
Pesawat narraw body yang saat ini tengah dalam perawatan bersama sejumlah pesawat lainnya, akan menambah kekuatan alat produksi Garuda Indonesia di kuartal II -2025.
Secara bertahap, seluruh pesawat Garuda Indonesia yang masuk jadwal perawatan sejak 2024 akan siap operasi, terutama pesawat-pesawat yang mengalami perawatan besar atau overhaul.
Jadwal perawatan pesawat ini, menjadi salah satu yang mempengaruhi beban tambahan perusahaan sekitar 18,32 persen, dari total kerugian bersih Garuda Indonesia sebesar 69,78 juta dollar AS.
Maskapai pelat merah ini memproyeksikan, dalam tahun ini seluruh pesawat yang dalam perawatan maupun overhaul, selesai dikerjakan, sehingga total pesawat yang dioperasikan mencapai 100 unit.
Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan mengakui perawatan sejumkah armadanya ditengah kunjungan Menteri Perhubungan Dudy
Purwagandhi, bersama utusan Presiden Rafi Ahmad ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kamis (27/3/2025).
Menhub Dudy dalam kunjungannya ke Bandara Soekarno-Hatta mengakui kesiapan bandara paling sibuk di Indonesia itu, dalam menghadapi penumpang mudik Lebaran 1446 H/2025.
Kinerja Keuangan
Dalam keterangan resminya, sepanjang 2024 Garuda Indonesia secara grup berhasil mengangkut 23,67 juta penumpang atau naik 18,54 persen tahun 2023 yang mengangkut 19,97 juta penumpang. Jumlah ini terdiri dari 11,39 juta penumpang Garuda Indonesia (mainbrand) serta 12,28 juta penumpang Citilink.
Kenaikan jumlah penumpang Garuda Indonesia Group selaras dengan peningkatan frekuensi penerbangan sebesar 12,21 persen (YoY) dari tahun sebelumnya yang sebanyak 145,500 penerbangan menjadi 163,271 penerbangan.
Seiring dengan penguatan fundamen kinerja operasional tersebut, Garuda Indonesia optimis pertumbuhan alat produksi menjadi key driver penting dalam mendorong akselerasi kinerja Perusahaan.
Optimisme penambahan kapasitas produksi ini turut didorong oleh pencatatan pendapatan usaha Garuda Indonesia secara konsolidasi di sepanjang tahun 2024 yang tumbuh 16,34 persen dari sebelumnya 2,94 miliar dollar AS menjadi 3,42 miliar dollar AS
Pertumbuhan tersebut dikontribusikan secara merata pada seluruh lini pendapatan usaha Garuda Indonesia, di mana pendapatan penerbangan berjadwal mencatakan peningkatan sebesar 15,32 persen menjadi 2,74 miliar dollar AS dari tahun sebelumnya sebesar 2,38 miliar dollar AS Pendapatan penerbangan berjadwal tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan angkutan penumpang sebesar 2,57 miliar dollar AS (+13,95%) serta angkutan kargo dan dokumen senilai 164,70 juta dollar AS (+3,07%).
Sementara itu, pendapatan penerbangan tidak berjadwal mencapai 333,75 juta dollar AS atau naik 15,87 persen dari tahun 2023. Pertumbuhan tersebut salah satunya dikontribusikan oleh angkutan charter yang mencatatkan lonjakan hingga 101,06 persen menjadi 106,27 juta dollar AS dari tahun sebelumnya sebesar 52,86 juta dollar AS
Aspek pendapatan lain yang turut tumbuh signifikan sebesar 25,79 persen menjadi 340,37 juta dollar AS dibandingkan pada tahun sebelumnya yang ditunjang oleh kinerja anak usaha Garuda Indonesia, di antaranya GMF AeroAsia yang menyumbang pendapatan pemeliharaan dan perbaikan pesawat sebesar 102,71 juta dollar AS, dengan peningkatan 18,54 persen YoY; serta Aerowisata yang berhasil mencatatkan pendapatan biro perjalanan sebesar US$40,96 juta, atau meningkat signifikan sebesar 37,12 persen.
Selain itu di tahun 2024, pendapatan lain-lain?bersih mengalami penurunan drastis hingga 77,39 persen, dikarenakan pada tahun 2023 Garuda Indonesia mencatatkan sejumlah extra-ordinary item di antaranya gain from bonds retirement dan pendapatan restrukturisasi Anak Perusahaan, sementara transaksi serupa tidak terjadi di tahun 2024. Lebih lanjut, pencatatan pembalikan impairment asset di tahun 2024 mencatatkan jumlah yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Kinerja Garuda Indonesia di sepanjang tahun 2024 merefleksikan dinamika industri transportasi udara secara global yang masih menantang. Kondisi makro ekonomi mulai dari isu rantai pasokan (supply chain), dampak fluktuasi selisih kurs, pengaruh geopolitik dan kompetisi yang semakin ketat di industri transportasi udara merupakan beberapa tantangan yang dihadapi oleh maskapai penerbangan di seluruh dunia dalam mempertahankan kinerja keuangan positif," kata Wildan . (syam)