Menelisik Lompatan Kinerja Pelabuhan Utama di Indonesia versi World Bank
Senin, 10 Juni 2024, 10:55 WIBBISNISNEWS.id - Kinerja pelayanan pelabuhan di Indonesia semakin menggembirakan, dengan On Time Performance (OTP) melaju signifikan pada sejumlah pelabuhan utama, seperti Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Tanjung Emas Semarang dan Belawan Medan Sumatera Utara.
The Container Port Performance Index (CPPI) 2023 oleh World Bank Group bersama S&P Global Market Intelligence baru-baru ini merilis, Pelabuhan Tanjung Priok menempati posisi ke tiga se ASEAN dan posisi 23 di tingkat global.
Di tingkat ASEAN Indonesia (Tanjung Priok) memang masih berada di bawah Malaysia (Tanjung Pelepas) dan Singapura, namun pada sisi percepatan pelayanan terus meningkat di bandingkan tahun&tahun sebelumnya.
Baca Juga
HASIL RAKERNAS
Aptrindo Putuskan Mogok Nasional Menolak Odol, BBM Subsidi dan Sertikat Halal, Angkutan Barang Lumpuh
TRUCKING
Aptrindo Teriak, Keseriusan Pemerintah Terhadap Distribusi Logistik Dipertanyakan
GALANGAN
Homebase Armada Self Propelled Oil Barge di Kanal BCL, Tekan 60 Persen Biaya Perawatan
CPPI dalam rilisnya juga juga menyebutkan, adanya lompatan posisi pada kinerja Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan kontainer dari posisi 281 pada 2022 menjadi 23 di tahun 2023. Pelabuhan utama lainnya yaitu Pelabuhan Tanjung Perak peringkat 101, Pelabuhan Tanjung Emas peringkat 150, dan Pelabuhan Belawan peringkat 308.
Naiknya posisi Pelabuhan Kontainer Tanjung Priok ini menunjukan kemampuan Indonesia dalam mendongkrak peningkatan kinerja pelayanan pada tingkat efisiensi, waktu dan biaya distribusi serta memangkas ketidakpastian gangguan rantai pasok.
Berkaca pada data yang disodorkan CPPI dalam rilisnya belum lama ini, kedepan Indonesia bukan hanya jadi pengekor dan pasar tapi juga pemain utama dalam rantai pasok logistik global, terutama pada kegiatan pelayanan kontainer di pelabuhan.
Hal penting yang wajib diperhatikan pemerintah ialah, perbaikan dan terus meningkatkan infrastruktur kepelabuhanan dan jaringan perdagangan dari pelabuhan ke kawasan industri dan sebaliknya. Kalaupun belum bisa menggenjot secara penuh, minimal mempertahankan yang sudah ada.
Pengembangan infrastruktur pelabuhan laut ini menjadi sangat penting karena sekitar 80 persen volume perdagangan global dikirim melalui jalur laut yang lebih dari 60 persen menggunakan kontainer .
Performa pelayanan (service performance) pada rantai pasok logistik ini menjadi sangat penting dan nilai tawar tinggi bagi Indonesia, dengan kualitas pelayanan yang memuaskan bagi para shipper sebagai pengguna jasa.
Seperti diketahui, pada tingkat global, service performance di pelabuhan laut sangat berpengaruh pada daya saing produk. Karenanya. Sistem pelayanan yang sudah berjalan di pelabuhan-pelabuhan utama, seperti di Tanjung Priok wajib ditingkatkan. Minimal dipertahankan pada posisi yang sudah ada saat ini, sehingga tingkat kepercayaan pasar global kepada Indonesia tidak bergeser ke negara tetangga.
Sampai saat ini arus petikemas di Pelabuhan Utama Tanjung Priok pasca pandemi Covid -19 terus bertumbuh.
Contoh data arus pelayanan kapal dan petikemas sepanjang 2023 pada regional 2 Pelabuhan Indonesia tercatat sebanyak 53 ribu unit atau meningkat sebesar 2,47 persen dibandingkan dengan total di tahun 2022 sebanyak 52 ribu unit.
Sementara arus petikemas sepanjang tahun 2023 di Regional 2 tercatat 5,8 Juta Box atau tumbuh 0,64 persen dibandingkan tahun 2022 yang hanya berjumlah 5,7 Juta Box, dengan total 8 Juta TEUs atau tumbuh 1,27 persen dari total di tahun 2022 sebesar 7 Juta TEUs.
Peningkatan yang cukup signifikan ini juga terjadi karena meningkatnya jumlah pengiriman petikemas dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Pelabuhan Indonesia Bagian Timur.
Pada sisi tonase kapal yang masuk untuk arus kapal mencapai 300 Juta GT atau meningkat 6.52 persen dibandingkan dengan total di tahun 2022 sebesar 280 Juta GT dan terbesar ada di cabang Panjang, Banten, Palembang, dan Tanjung Priok.
Sementara itu arus petikemas yang diproduksi oleh tiga operator terminal di Pelabuhan Utama Tanjung Priok
pada periode 2023, yakni Jakarta International Container Terminal (JICT), Terminal Peti Kemas (TPK) Koja, dan IPC TPK Tanjung Priok rata-rata tumbuh 2 - 6 persen.
Dari tiga terminal operator tersebut, yang paling menonjol adalah JICT, yang menghandle kegiatan ekspor - impor paling sibuk di Indonesia tersebut berdasarkan data, pada periode Januari - Oktober 2023 menghandle peti kemas mencapai 1.739.586 twentyfoot equivalent units (TEUs) atau setara 1.123.176 bok . Impor 942.362 TEUs (617.534 bok) dan ekspor 797.224 TEUs (505.642 bok
Peningkatan itu juga terjadi pada TPK Koja, dimana realisasi arus peti kemas ekspor impor pada periode yang di 2023 mencapai menghandle 800.371 TEUs atau tumbuh 6 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2022 sebanyak 750.920 TEUs.
Angka arus petikemas yang dilayani ini sudah mendekati target throughput petikemas 2023 sebanyak 936.305 TEUs.
Total throughput internasional dan domestik di Pelabuhan Utama cabang Tanjung Priok termasuk petikemas isi maupun kosong hingga September 2023 adalah 5.390.536 TEUs, atau sedikit meningkat yakni kurang dari 1 persen secara YoY, dan 70 persen dari total throughput itu adalah volume petikemas internasional.
Sementara itu sejumlah upaya yang ideal dilakukan dalam mempertahankan kinerja, berdasarkan rekomendasi dari Founder dan CEO Supply Chain Indonesia (SCI)
Supriadi berkaitan dengan kinerja pelabuhan dan upaya untuk peningkatan efisiensi logistik nasional, diantaranya:
Pertama, menjadikan pencapaian Pelabuhan Tanjung Priok sebagai lesson learned bagi perbaikan kinerja pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, terutama pelabuhan kontainer.
Kedua, melanjutkan penataan dan pengembangan hub & spoke pelabuhan-pelabuhan Indonesia untuk mewujudkan prinsip “locally integrated & globally connected”.
Ketiga, pengembangan sistem transportasi multimoda dengan transportasi laut sebagai backbone yang terintegrasi dengan transportasi hinterland setiap wilayah berdasarkan karakteristik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
Ke-empat, melanjutkan pembangunan infrastruktur, baik pada simpul maupun jaringan transportasi secara terintegrasi, berdasarkan suatu rencana induk pembangunan infrastruktur konektivitas nasional.
Kelima, peningkatan dan penguatan penerapan National Logistics Ecosystem (NLE) yang diinisiasi untuk memperbaiki kinerja logistik Indonesia dengan mendorong terutama efisiensi waktu dan biaya.
Keenam, peningkatan kolaborasi dan sinergi antar penyedia jasa logistik, antara penyedia dan pengguna jasa logistik, serta peningkatan dukungan pemangku kepentingan lainnya, termasuk kementerian/lembaga terkait secara terpadu untuk memperlancar arus logistik.
(Syam)