Militer Tidak Tanggapi Pemerintah, Jumlah Demonstran Makin Banyak
Minggu, 26 November 2017, 19:57 WIBBisnisnews.id - Ribuan pemrotes yang lebih banyak berkumpul di kota-kota besar di Pakistan pada hari Minggu 26 November setelah usaha untuk membubarkan demonstrasi Islam di Islamabad berakhir dengan kekerasan. Militer ragu menanggapi permintaan bantuan pemerintah.
Kelompok demonstran yang bersenjata tongkat tiba untuk menduduki jalan antara Islamabad dan Rawalpindi.
Jumlah mereka malah bertambah daripada saat polisi dan paramiliter memulai operasi untuk membersihkan mereka satu hari sebelumnya.
Sedikitnya 4.750 orang berada di kota terbesar di Pakistan, Karachi, menurut petugas lalu lintas, naik 200 orang dari hari sebelumnya. Di Lahore diperkirakan 3.400 orang menempati jalan utama.
Laporan mengatakan bahwa demonstrasi tersebut juga menyebar ke kota-kota lain di seluruh negeri.
Jumlahnya masih tergolong kecil menurut standar Pakistan tapi berkembang dengan cepat. Situasi telah menjadi lebih berbahaya sejak pihak berwenang membersihkan sekitar 2.000 orang yang telah memblokir jalan raya utama di Islamabad sejak 6 November.
Mereka disambut dengan perlawanan keras oleh para pemrotes yang membakar kendaraan dan melemparkan batu. Sedikitnya tujuh orang tewas dan sekitar 230 lainnya terluka sebelum pasukan keamanan mundur pada hari Sabtu 25 November.
Perintah kementerian dalam negeri mengatakan pemerintah telah memberi wewenang untuk mengerahkan pasukan yang cukup untuk mengendalikan hukum dan ketertiban di ibukota sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Tapi lebih dari 18 jam setelah perintah dilepaskan, tidak ada respon militer resmi dan tidak ada tanda-tanda kendaraan lapis baja atau tentara di jalanan.
Hubungan sipil-militer telah lama berkecamuk di Pakistan, dengan militer memerintah negara tersebut selama hampir setengah dari sejarah 70 tahunnya.
Kelompok Islam yang berada di pusat demonstrasi tersebut, Tehreek-i-Labaik Ya Rasool Allah Pakistan (TLY) meluncurkan protes mereka setelah pemerintah mengubah sumpah bahwa kandidat pemilihan harus bersumpah. Ini merupakan kesalahan kecil yang segera diperbaiki pemerintah.
Namun para demonstran telah menghubungkannya dengan penghujatan, sebuah muatan sangat sensitif yang sering memicu kekerasan mematikan di Pakistan Muslim konservatif.
Mereka menuntut menteri hukum, Zahid Hamid mengundurkan diri dari amandemen tersebut. Saat demonstrasi yang terjadi pada hari Sabtu 25 November, para ulama TLY mulai meminta orang-orang Pakistan untuk datang mempertahankan kehormatan Nabi.
Menurut laman Facebook mereka, mereka mencari hukum syariah di Pakistan dan akan mencalonkan diri dalam pemilihan, setelah mengikuti pemilihan di Lahore pada bulan September. (marloft)