Nassar Terbukti Melecehkan 265 Perempuan
Kamis, 01 Februari 2018, 12:21 WIBBisnisnews.id - Pelecehan seksual yang dilakukan oknum dokter atau perawat terhadap pasiennya bukan saja di Indonesia. Di Amerika, seorang mantan dokter senam bernama Larry Nassar melakukan pelecehan terhadap 265 perempuan.
Sumber REUTERS menyebutkan, terbongkarnya kasus pelecehan tersebut setelah Jessica Thomashow berusia 17 tahun melaporkannya. Perempuan muda ini adalah korban pertama yang memberanikan diri mengungkap kasus itu.
“Dia pertama mengganggu saya saat saya sembilan tahun, sebelum saya menggunakan bra, dan saat saya masih bermain dengan boneka American Girl saya," jelas Jesica.
"Larry Nassar memangsa kami untuk kesenangannya sendiri, meninggalkan gadis-gadis yang trauma dan hancur,” kata dia dan Jesica menyebut, Nassar sebagai “setan” dan “jenis kriminal terburuk.
Informasi terbaru soal korban yang mengadu itu diungkap hakim di Michigan pada Kamis (1/2/2018). Sedikitnya 65 korban telah memberi kesaksian untuk melawan Nassar, 54 tahun di pengadilan dalam tiga sidang terakhir.
Nassar telah divonis 40 hingga 175 tahun penjara setelah hampir 160 perempuan memberi kesaksian bahwa dia telah melecehkan. Vonis tersebut dibacakan hakim pekan lalu.
Para korbannya antara lain pemenang medali emas Olimpiade Aly Raisman dan Jordyn Wieber. Nassar telah menjalani 60 tahun penjara karena memiliki gambar-gambar pelecehan seks anak.
Dalam pemeriksaan pengadilan terbaru, pengadilan akan memvonisnya untuk penganiayaan pasien-pasien di kamar belakang klub senam Twistars di Dimondale, Michigan. Mantan dokter Michigan State University (MSU) itu mengaku bersalah pada November dalam tiga kasus pelecehan seksual tingkat pertama terhadap para perempuan yang mendapat perawatan medis darinya.
Sedikitnya satu korban pelecehan seksual ialah perempuan berusia di bawah 13 tahun. Dua perempuan yang dilecehkan berusia 15 atau 16 tahun.
Hakim Janice Cunningham pada Rabu (31/1) menjelaskan di sidang kecil di Charlotte, Michigan, “Kita telah memiliki lebih 265 korban yang teridentifikasi dan sejumlah korban di negara bagian, di negara dan seluruh dunia. Hasilnya, dengan mengizinkan live streaming dan tweet, semua individu dapat berpartisipasi dalam proses ini.” (Syam S)