Negara di Kawasan Asia Pasifik Diminta Mempererat Kerjasama
Rabu, 31 Januari 2018, 15:57 WIBBisnisnews.id - Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengatakan, kerjasama dengan negara-negara di satu kawasan sangat perlu, mengingat bisnis penerbangan saat ini sudah melampaui lintas negara.
Agar keberlangsungan bisnis penerbangan bisa terjadi, diperlukan kesamaan persepsi dan operasional antara otoritas penerbangan masing-masing negara terutama terkait keselamatan dan keamanan serta navigasi penerbangan.
"Saat ini paradigma penerbangan sudah berubah dari yang dulunya saling fokus pada peningkatan keunggulan masing-masing negara menjadi fokus pada kerjasama dan kolaborasi antar negara dan industri penerbangan untuk mencapai peningkatan standar terkait keselamatan dan keamanan," jelas Dirjen Agus, saat memimpin delegasi Konferensi Tingkat Menteri Perhubungan di Kawasan Asia Pasifik di Beijing, China 31 Januari – 1 Februari 2018 ini.
Kerjasama kawasan itu, ungkapnya, sesuai inisiatif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) yaitu ‘no country left behind’.
"Hampir semua kawasan di dunia sudah melakukan hal tersebut, utamanya Asia Pasifik perlu ditingkatkan mengingat akselerasi pertumbuhan jumlah penumpang, populasi pesawat terbang dan jumlah pergerakan pesawat mengalami akselerasi pertumbuhan terbesar di dunia,” ujarnya.
Pertemuan tingkat Menteri Perhubungan itu membahas isu-isu umum terkait aspek penting mengenai keselamatan dan navigasi penerbangan. Untuk mengembangkan kerjasama dan kolaborasi pada level pembuatan kebijakan.
“Indonesia sepakat dengan draft untuk mendorong pihak Pemerintah dan pihak industri di kawasan Asia Pasifik agar melakukan sharing best practice mengenai manajemen keselamatan melalui Grup Keselamatan Penerbangan Kawasan (Regional Aviation Safety Group),” ujar Agus lagi.
Menurut Agus, Indonesia saat ini sudah mempunyai kesiapan yang lebih dari cukup untuk bekerjasama dengan negara-negara di kawasan ini mengingat beberapa pengembangan bidang penerbangan yang sudah dilakukan dan keberhasilan yang sudah dicapai.
Di bidang keselamatan penerbangan, beberapa keberhasilan yang sudah dicapai di antaranya adalah berhasil meningkatkan kapabilitas pengawasan keselamatan penerbangan secara progresif di mana hasil ICAO Coordinated Validation Mission (ICVM) yang diselengarakan pada 10 - 18 Oktober 2017 lalu, Indonesia telah mencapai nilai pemenuhan (Effective Implementation/ EI Score) terhadap audit ICAO (Universal Safety Oversight Audit Programme/ USOAP) jauh di atas rata-rata global aviation safety plan.
Dengan nilai EI unggul jauh di atas angka rata-rata global safety plan, Indonesia menargetkan Penerapan Program Keselamatan (State Safety Programme/ SSP) pada 2018, atau maju lebih dulu dari target internasional pada tahun 2025.
Berdasarkan hasil ICVM 2017 tersebut, Indonesia tidak memperoleh SSCs (Significant Safety Concern) atau red flag pada pelaksanaan USOAP Continous Monitoring Approach (CMA). Indonesia berkomitmen untuk mempertahankan nilai EI yang ada melalui penerapan sistem Continous Monitoring Approach (CMA) secara konsisten guna kinerja keselamatan penerbangan di Indonesia yang lebih baik.
Indonesia kata Agus, telah memiliki tatanan navigasi penerbangan nasional dan tatanan bandar udara nasional sebagai bagian dari rencana nasional. Dan semua bandar udara internasional Indonesia telah disertifikasi. (Syam S)