OBOR Bantu Presiden China Promosi Citra Dan Visi Luar Negeri
Sabtu, 13 Mei 2017, 04:05 WIB
Bisnisnews.id - Presiden China, Xi Jinping sebagai negarawan berupaya membujuk tatanan dunia masa depan lewat kebijakan luar negerinya, di mana semua jalan mengarah ke Beijing. Namun resiko China juga tinggi mengingat begitu banyak negara yang terlibat nantinya memiliki ekonomi lemah, sehingga pengembalian pinjaman menjadi beresiko dan bank-bank negara China yang mendanai proyek merugi.
Pembukaan Forum Belt and Road hari Minggu 14 Mei 2017 adalah rangkaian terbaru yang bertujuan untuk memproyeksikan pengaruh Xi di panggung global menjelang kongres utama Partai Komunis berkuasa akhir tahun ini.
"Xi sekarang dipandang sebagai pemimpin dunia yang memiliki banyak pengaruh dan rasa hormat secara internasional dan itu pasti akan meningkatkan daya tarik domestiknya," kata Joseph Cheng, pensiun pengamat politik China Universitas Negeri Hong Kong.
Pemimpin dari 28 negara ditetapkan untuk hadir, termasuk Presiden Joko Widodo dari Indonesia, Vladimir Putin dari Rusia, Rodrigo Duterte dari Filipina dan Perdana Menteri Italia Paolo Gentiloni.
Negara-negara Barat lainnya, termasuk AS, akan diwakili oleh pejabat junior. AS dipimpin Matt Pottinger, asisten khusus presiden dan direktur senior Asia Timur di Dewan Keamanan Nasional. Inggris, Jerman dan Prancis diwakili oleh pejabat keuangan.
Walau dikhawatirkan China dapat mengekspor standar tentang hak asasi manusia, transparansi lingkungan dan pemerintah, sementara membiarkan negara-negara miskin memiliki tingkat hutang yang tidak berkelanjutan, namun forum ini dianggap penting mempromosikan citra Xi di China tentang visinya ke luar negeri.
Media pemerintah China telah menghubungkan Xi dengan pertemuan dua hari di Beijing, yang akan berkisar pada rencana Xi untuk jaringan pelabuhan, perkeretaapian dan jalan yang memperluas perdagangan China dengan Asia, Afrika dan Eropa.
"Dia menunjukkan visi. Pemimpin harus visioner. Dia menunjukkan harapan masa depan China dengan rencana ekonomi yang sangat signifikan," duta besar AS untuk China, Max Baucus mengatakan kepada The Associated Press. "Saya pikir ini akan sangat membantu menjelang kongres partai berikutnya."
Di ranah internasional, dia memimpin forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik dan pertemuan negara-negara industri G20, yang keduanya dihadiri oleh mantan Presiden Barack Obama. Pada bulan Januari, Xi berusaha sebagai juara globalisasi dan perdagangan bebas di World Economic Forum di Davos, berbeda dengan retorika proteksionis Presiden Donald Trump.
Inisiatif One Belt One Road (OBOR) bertujuan menegaskan kembali keunggulan masa lalu China sebagai kekuatan dominan di Asia yang budaya dan ekonominya sangat mempengaruhi tetangganya Afrika dan Eropa.
Inisiatif ini juga memperkuat reputasi pemerintahan Xi yang menegaskan klaimnya terhadap hampir seluruh wilayah strategis Laut China Selatan dan membentuk Asian Infrastructure Development Bank (AIIB) sebagai institusi global di samping Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB) dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Dan tidak seperti APEC dan Davos, OBOR melibatkan pencairan triliunan dolar dalam kontrak, memperluas jangkauan ekonomi China dan otoritas Xi sebagai pemegang dana. ADB mengatakan bahwa wilayah tersebut merupakan tempat tinggal 60 persen masyarakat dunia, membutuhkan lebih dari 26 triliun dolar investasi infrastruktur pada tahun 2030 untuk menjaga ekonomi tetap tumbuh.
"China tidak hanya memiliki kunci sumber daya sekarang, tapi juga visi, keinginan dan strategi untuk mendorong keterlibatan di luar perbatasannya," Duta Besar Afghanistan, Janan Mosazai mengatakan kepada AP.
RESIKO CHINA
Sejauh ini, OBOR telah didefinisikan secara longgar dan tampaknya lebih banyak proyek kepentingan yang tidak kena ke pokok dan nilai yang patut dipertanyakan. Mengingat begitu banyak negara yang terlibat memiliki ekonomi lemah dan kapasitas pertumbuhan terbatas serta potensi pemborosan dan korupsi tinggi, sehingga resiko kemungkinan pengembalian menjadi kecil terhadap jumlah besar yang dikeluarkan dan mengakibatkan kerugian besar bagi bank-bank negara China yang mendanai proyek.
Inisiatif OBOR juga dapat sebagai tujuan membangun ekonomi domestik yang berpusat pada konsumsi daripada investasi, peringatan dari komentator politik Hu Xingdou.
"Prioritas investasi China harus ada di dalam negeri, bukan di luar negeri," kata Hu, menambahkan bahwa investasi luar negeri di luar negeri malah dapat menunda pembangunan domestik.
Sudah banyak diskusi membahas kegagalan kebijakan luar negeri China dan kerugian ekonomi di negara seperti Korea Utara, Sri Lanka dan Venezuela, kata Cheng, ilmuwan Hong Kong.
"Sangat mudah untuk hanya memberikan uang," kata Cheng. "China harus membuktikan bahwa proyek-proyek ini masuk akal dan mereka memiliki keahlian manajemen untuk melaksanakannya." (marloft/syam s)