Otto Warmbier Akhirnya Meninggal Dunia
Selasa, 20 Juni 2017, 16:21 WIBBisnisnews.id - Otto Warmbier, mahasiswa AS, meninggal Senin (19/6/2017) setelah dibebaskan dari Korea Utara dalam keadaan koma, kata kerabatnya dalam sebuah pernyataan tanpa memberitahu penyebab kematian.
"Perlakuan buruk mengerikan dan menyiksa yang diterima putra kami di tangan orang Korea Utara memastikan bahwa tidak ada hal lain yang mungkin terjadi di luar ini," kata orang tuanya.
Dokter telah menggambarkan kondisi Warmbier sebagai keadaan terjaga namun tak responsif, dan mengatakan bahwa dia menderita luka neurologis parah karena penyebab yang tidak diketahui. Dia tiba di Ohio pada tanggal 13 Juni 2017 setelah ditahan lebih dari 17 bulan.
Mahasiswa Universitas Virginia ini dituduh mencoba mencuri spanduk propaganda saat berkunjung bersama kelompok tur dan dihukum karena melakukan subversi. Pejabat Korea Utara dan wartawan mendudukkannya untuk sebuah pengakuan televisi.
"Saya telah membuat kesalahan terburuk dalam hidup saya!" serunya saat dia memohon agar diizinkan untuk bertemu kembali dengan orang tua dan dua adiknya.
Dia dijatuhi hukuman kerja keras pada 2016 sampai 15 tahun penjara. Keluarganya mengatakan bahwa dia pernah koma sejak beberapa saat setelah hukumannya.
Dokter mengatakan bahwa dia menderita kehilangan jaringan otak dan kelemahan dan kontraksi mendalam pada otot, lengan dan kakinya. Matanya terbuka dan berkedip, tapi dia mengerti perintah lisan atau lingkungannya.
Kondisi terjaga tidak responsif adalah istilah medis baru untuk keadaan vegetatif yang akut. Pasien yang selamat dari koma bisa membuka mata mereka, tapi mereka tidak merespons perintah. Orang dapat hidup selama bertahun-tahun dengan kemungkinan pemulihan tergantung pada tingkat cedera otak.
Korea Utara mengatakan bahwa Warmbier mengalami koma setelah tertular botulisme dan minum pil tidur. Dokter di Cincinnati mengatakan bahwa mereka tidak menemukan tanda aktif botulisme atau bukti pemukulan.
Dalam sebuah pernyataan Gedung Putih, dikutip dari Associated Press, Presiden Donald Trump mengatakan, "Banyak hal buruk terjadi, tapi setidaknya kita membawanya pulang untuk tinggal bersama orang tuanya." Dia menyebut Korea Utara sebuah rezim brutal.
Departemen Luar Negeri AS memperingatkan agar tidak melakukan perjalanan ke Korea Utara karena pengunjung dapat ditangkap dan menghadapi penahanan panjang untuk apa yang mungkin tampak seperti pelanggaran ringan.
Tiga orang Amerika masih tetap ditahan di Korea Utara. Pemerintah AS menuduh Korea Utara menggunakan tahanan tersebut sebagai pion politik. Korea Utara menuduh Washington dan Korea Selatan mengirim mata-mata untuk menggulingkan pemerintahannya. (marloft)