Paksa Pengungsi Pergi, Polisi PNG Masuki Kamp Manus
Kamis, 23 November 2017, 10:22 WIBBisnisnews.id - Polisi Papua Nugini masuk ke kamp pengungsian yang dikelola oleh Australia pada hari Kamis 23 November dan memaksa ratusan orang meninggalkan pusat penahanan di pulau tersebut.
Pencari suaka, yang telah dibarikade di kamp yang ditinggalkan selama 23 hari tanpa pasokan listrik atau air, mengatakan bahwa polisi menarik barang-barang dari kamar mereka dan meneriaki mereka untuk naik bus yang mengantri membawa mereka ke pusat transit di tempat lain di Manus.
Pengungsi Iran Behrouz Boochani men-tweet dari dalam kamp bahwa polisi telah mulai menghancurkan tempat penampungan, tangki air dan mengatakan 'bergerak, bergerak'.
"Tentara angkatan laut berada di luar kamp penjara. Kami berada dalam siaga tinggi sekarang Kami diserang," katanya, menambahkan bahwa dua pengungsi membutuhkan perawatan medis yang mendesak.
Para pengungsi lainnya memposting foto dan video ke situs media sosial yang menunjukkan polisi memasuki kamp tersebut dan menarik barang-barang tahanan dari kamar mereka.
Operasi ini terjadi saat Perdana Menteri Malcolm Turnbull menegaskan kembali pendirian pemerintahannya bahwa tidak ada satupun pengungsi, yang dikirim ke kamp karena berusaha mencapai Australia dengan kapal, akan masuk ke negaranya.
Kamp tersebut, di bawah kebijakan imigrasi yang ketat di Canberra, ditutup pada tanggal 31 Oktober setelah pengadilan PNG memutuskan bahwa tindakan tersebut tidak konstitusional.
Tetapi sekitar 600 orang menolak untuk pergi dan pindah ke tiga pusat transisi yang dikelola PNG di pulau itu, meskipun Australia mematikan air dan listrik dengan persediaan makanan terbatas.
Tahanan tersebut mengatakan bahwa mereka takut pada penduduk lokal yang bermusuhan di luar kamp tersebut, dan mengatakan bahwa pusat-pusat baru tersebut tidak beroperasi penuh, dengan kurangnya keamanan, air yang cukup atau listrik.
Sekitar 200 orang telah pindah ke fasilitas baru, namun sisanya tetap bertahan meski kondisi memburuk.
Orang-orang tersebut dilarang masuk ke Australia, dan Turnbull mengatakan pada hari Kamis 23 November bahwa tindakan mereka dimaksudkan untuk menekan Canberra agar membiarkan mereka pindah kewarga negaraan.
"Mereka pikir ini adalah cara mereka dapat menekan pemerintah Australia untuk membiarkan mereka datang ke Australia. Nah, kita tidak akan tertekan," katanya di Canberra.
"Orang-orang di Manus harus pergi ke tempat-tempat alternatif yang aman dengan semua fasilitas yang mereka butuhkan."
Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton mengatakan betapa keterlaluan bahwa orang masih ada di sana.
Kelompok aktivis Australia GetUp mengatakan bahwa lebih dari 10 bus diparkir di luar kamp, ??meskipun juru kampanye hak asasi manusia Shen Narayanasamy mengatakan kepada AFP bahwa polisi "belum secara paksa menyeret siapa pun".