Paparan KNKT Soal Fenomena Rem Blong Disambut Antusias Pengusaha dan Awak Angkutan
Rabu, 11 Maret 2020, 06:40 WIBBisnisNews.id -- Investigator senior KNKT Ahmad Wldan, ATD, MT kembali bertemu dan menyampaikan hasil investigasi kecelakaan di jalan raya. Topik yang disampaikan terkait fenomena rem blong, yang diklaim sebagai penyebab kecelakaan. Para audiens sangat antusias mengikuti paparan yang diangkat dari fakta dan investigasi kecelakaan di lapangan itu.
Di depan ke awak pengemudi teladan dan para pengusaha angkutan, Wildan menyampaikan bahayanya over loading dan kesalahan prosedur mengemudi yang bisa mengakibatkan rem blong.
"Aku menjelaskan kepada mereka dengan hukum-hukum thermodinamika dan hukum mekanika dengan bahasa yang paling sederhana dan masuk akal. Dan alhamdulillah, semua audiens bisa lebih memahami," kata Wildan saat dikonfirmasi BisnisNews.id di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Dan mereka mengatakan, "seumur-umur barusekarang mendapat pelajaran seperti ini. Sekarang, mereka lebih waspada dan hati-hati," jelas Wildan lagi.
Awalnya, Wildan sempat agak ragu ketika akan menjelaskan konsep perpindahan energy dari energy potensial dan energy kinetik ke energy kalori. "Namun setelah disiasati dengan menggunakan bahasa praktis di lapangan, ternyata lebih efektif dana mereka paham semua," aku dosen PKTJ Tegal itu.
Selesai acara di Bogor itu, menurut Widan, perwakailan dari PT Indocement bahkan langsung mengundangku untuk memberikan materi yang sama ke jajaran pengemudi dan manajemennya.
Kendaraan di Posisi Ketinggian
Menurut Wildan, pada saat suatu kendaraan berada di tempat yang tinggi, pertama dia akan memiliki energy potensial yang besarnya m x g x h (massa x gravitasi x tinggi). Dan setelah bergerak, papar Wildan, dia akan memiliki energy kinetik yang besarnya 1/2 m x v2 (setengah massa dikalikan kuadrat kecepatannya).
Jika kendaraan itu akan dihentikan, terang Wildan, maka akan terjadi perubahan energy, dari energy potensial dan energy kinetik ke energy kalor. "Dimana, energy kalor tersebut akan berpusat pada dua titik yang berputar yaitu roda dan aspal serta tromol dan kampas."
Pada roda dan aspal, urai Wildan, maka energy kalor ini akan tergantung pada skid resistance aspal dan kembang ban, dan buruk-buruknya akan menyebabkan roda tergelincir. "Namun pada tromol dan kampas ini yang berbahaya, karena energy kalor yang dihasilkan jauh lebih besar daripada yang di roda," kilah anggota IKAALL STTD itu.
Pasalnya, sebut Wildan, tromol ini adalah pusat putaran roda, dan besarnya energy kalor yang dihasilkan jika melebihi dari ketahanan panas kampas rem, akan menyebabkan kampas rem mengalami overheat. "Dengan begitu, koefisien geseknya menjadi nol (licin seperti kaca) dan orang menyebut hal ini rem blong," tegas Wildan.(helmi)