Pelindo II Sasar Waktu Inap Barang di Tanjung Priok Dua Hari
Senin, 05 Februari 2018, 16:46 WIBBisnisnews.id - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II / IPC klaim telah melakukan percepatan dan perbaikan layanan melalui program Integrated Container Freight Station (CFS Center).
Di Pelabuhan Tanjung Priok, sistem layanan itu selama periode Januari 2018 telah menurunkan masa inap barang kurang dari tiga hari atau 2,7 hari dari sebelumnya rata-rata 4,9 hari. Angka itu juga telah mendekati keinginan Presiden Joko Widodo yang tahun ini mentargetkan rata-rata dua hari.
Masa waktu dua hari itu dihitung mulai dari bongkar-muat barang sampai keluar lapangan penumpukan lini 1 Tanjung Priok. CFS Center itu sendirk ditujukan memberi pilihan dan kemudahan bagi pengguna jasa dalam bertransaksi serta tansparansi dalam hal biaya yang dikeluarkan.
Terobosan lain yang telah dilakukan untuk menurunkan dwelling time dan masa tunggu kapal ( waiting time) di Tanjung Priok menurut Dirut IPC, Elvyn G. Masassya ialah modernisasi infrastruktur dan suprastruktur pelabuhan serta optimalisasi penggunaan teknologi informasi.
Diantaranya, implementasi VTS (Vessel Traffic System), MOS (Marine Operating System), Inaportnet, NPK dan PK TOS, Auto Tally dan Auto Gate serta E-Service. Optimalisasi penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan jasa kepelabuhanan selain bertujuan untuk memudahkan pengguna jasa dalam bertransaksi, juga untuk mendukung pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) terhadap transparansi biaya pelayanan jasa.
“Keinginan Pemerintah untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai transshipment port bukan sekedar angan-angan. Kami telah menyiapkan roadmap yang membuat IPC menuju world class port, dengan memperbaiki pelayanan dan jasa di pelabuhan, baik dengan optimalisasi penggunaan system IT, operasional, fasilitas, maupun infrastruktur," kata
Elvyn, di tengah-tengah acara Media Port Visit Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (5/2/2018).
Elvyn berharap, dukungan Pemerintah, perusahaan pelayaran dan pemilik kargo dapat menjadi pemicu hadirnya kapal-kapal besar untuk melakukan konsolidasi muatan di Pelabuhan Tanjung Priok.
"Sehingga dapat memenuhi harapan Pemerintah yaitu menjadikan Tanjung Priok sebagai pelabuhan transshipment yang diperhitungkan di kawasan Asia," jelas Elvyn.
Adapun pembuatan CFS Center ditujukan untuk memberi pilihan dan kemudahan bagi pengguna jasa dalam bertransaksi serta tansparansi dalam hal biaya yang dikeluarkan.
Dengan integrasi tiga pusat konsolidasi kargo atau CFS di Pelabuhan Tanjung Priok, IPC optimis volume penanganan kontainer LCL akan terus meningkat karena sejak dibuka pada 20 November 2017, volume transaksi mengalami lonjakan.
Per 18 Januari 2018, volume transaksi telah mencapai 5.564 transaksi atau 309 transaksi per hari.
Sementara itu, saat memulai debut perdana di November, rata-rata transaksi per hari hanya 42 transaksi, diharapkan volume transaksi bakal mencapai sekitar 7.000 transaksi di akhir Januari 2018.
Integrasi CFS juga bakal diterapkan di pelabuhan lain yang masih dalam wilayah kerja IPC. CFS hadir agar proses pelayanan menjadi ringkas/sederhana sehingga menjadi efisien bagi pengguna jasa, dimana integrasi CFS mencakup manajemen data pelanggan, CFS booking service, layanan nota, pembayaran elektronik, tracking kargo, dan customer care.
"Selain sistem CFS yang sudah berjalan online dan beroperasi 24/7, kedepannya, sistem layanan CFS akan terus disempurnakan dan ditambah fitur baru seperti multi channel payment serta invoice langsung ke pemilik barang/consignee," pungkasnya. (Syam S)