Pengendapan Barang, Depo Overload, Tanjung Priok Nyaris Lumpuh, Trucking Jadi Korban
Kamis, 17 April 2025, 16:10 WIB
BISNISNEWS.id - Macet berkepanjangan dalam dua hari ini di Pelabuhan Utama Tanjung Priok nyaris lumpuh buntut menumpuknya barang impor dan over load depo yang belum sempat terdistribusikan sejak minggu ke empat Maret 2025.
Menurut sumber, kepadatan terjadi lebih diakibatkan overload-nya lapangan penumpukan terminal pelabuhan dan depo empty, sehingga truck tidak bisa melakukan pengambilan maupun pengembalian atau receiving dan delivery (R/D) sehingga antrian menguler ke jalan-jalan utama.
Kemacetan yang terjadi sejak 16 April 2025 hingga Kamis 17 April 2025 belum mampu diatasi, baik oleh pihak PT Pelindo selaku operator pelabuhan Tanjug Priok maupun instansi terkait, seperti Polisi Lalu Lintas.
Hingga saat ini seluruh terminal petikemas di pelabuhan paling sibuk di Indonesia itu krodet. Yakni, Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, New Priok Container Terminal One (NPCT-1), Terminal Mustika Alam Lestari (MAL/NPH) dan Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola IPC TPK.
Sumber BISNISNEWS.id menyebutkan, volume barang impor yang bongkar pasca libur Idul Fitri 1446 H/2025 rendah. Overload yang terjadi akibat adanya pengendapan oleh pemilik barang sebagai imbas dari kebijakan pemerintah, pembatasan angkutan barang sumbu enam selama 16 hari
Overload depo tersebut terjadi di depo-depo yang berada di sekitar kawasan Marunda, Cakung, Cilincing dan sekitarnya.
Salah satu faktornya adalah, sebagian besar pelayaran memilih depo di kawasan Marunda, Cilincing dan Cakung karena tarifnya lebih murah. Ketua Assosiasi Pengusaha Truk Indonesia (APTRINDO) DKI Jakarta Dharmawan Witanto, mengakui adanya persaingan tersebut, dan yang jadi korban adalah trucking.
" Kami jadi korban, karena pelayaran tetap mau ke depo yang ada di kawasan itu, juga sekarang ini masih banyak sopir yang belum kembali bekerja, masih di berlebaran di kampungnya," kata Dharmawan.
Padahal, ungkap Dharmawan, kemacetan bisa lebih mudah terurai bila sejak awal dilakukan penyebaran sehingga tidak menumpuk di satu kawasan.
" Masalahnya, pelayarannya tidak mau ketempat lain, kami inilah yang jadi korban, malah sopir belum semua masuk," jelasnya
Soal dampak kebijakan pembatasan angkutan barang sumbu enam saat arus mudik, menurut Dharmawan, tidak seluruhnya jadi penyebab, bila ada penyebaran depo alias tidak menumpuk di satu kawasan .
" Kalau pelayanan terhambat ya, resiko karena semua menumpuk di satu kawasan. Pada sisi lain, operator depo sejaj awal tidak membatasi semua diterima," jelasnya (syam)