Perawat Keji Membunuh Ratusan Pasiennya Dengan Cara Disuntik
Minggu, 09 Juni 2019, 12:33 WIBBisnisnews. id - Tragedi kemanusiaan yang menyeret seorang perawat bernama Niels Hoegel (42) ini terjadi di Jerman. Dia adalah pembunuh berdarah dingin, yang telah menghabisi pasiennya dengan cara disuntik.
Niels Hoegelg membunuh 85 pasiennya yang dipilih secara acak dengan suntikan mematikan antara 2000-2005. Aksi kejinya itu baru berhenti setelah tertangkap basah. Oleh pengadilan setempat, pada Kamis 6/6/2019, Niels Hoegel dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Sebastian Buehrmann, Hakim
di kota Oldenburg, yang menangani kasus pembunuhan berantai itu
menyebut pembunuhan itu sebagai hal yang tidak dapat dipahami.
Baca Juga
PERAWATAN
Pengelola Tol Jagorawi Kembali Melakukan Rekonstruksi, Pengendara Diminta Berhati-Hati
PERAWATAN RUTIN
Jasa Marga Kembali Lakukan Perkerasan Pada Ruas Tol Jakarta-Tangerang
PELAYANAN PUBLIK
Jasa Marga Kembali Lakukan Perawatan dan Perkerasan Ruas Tol Cipularang dan Padaleunyi, Ini Lokasinya
Namun, Hoegel dibebaskan dari 15 tuduhan pembunuhan lain karena kurangnya bukti.
Meski demikian, dia tetap harus mempertanggungjawabkan km atas pembunuhan yang menggemparkan Jerman itu.
Hoegel telah menghabiskan 10 tahun di penjara, menyusul hukuman seumur hidup yang dijatuhkan sebelumnya untuk enam pembunuhan lainnya.
Polisi menduga, jumlah korban aksi keji Hoegel kemungkinan lebih dari 200 orang.
Namun pengadilan tidak dapat memastikan karena banyak kemungkinan korban telah dikremasi sebelum autopsi dapat dilakukan.
Pada persidangan Rabu lalu, Hoegel sempat meminta pengampunan dari keluarga korban atas tindakannya yang mengerikan.
Salah satu keluarga korban, Christian Marbach, menyambut vonis maksimal dan jelas dari pengadilan.
Namun, dia menilai masih banyak keluarga yang beharap mendapat penjelasan pasti tentang kematian orang yang mereka cintai.
Marbach menuturkan, keluarga akan mengajukan gugatan terhadap dua rumah sakit, tempat Hoegel membunuh pasien.
"Kami selesai dengan terdakwa.
Sekarang kami bisa membawa orang-orang itu ke pengadilan yang memungkinkan kejahatannya dilakukan," ujarnya.
Psikiater Max Steller mengatakan kepada pengadilan selama persidangan, Hoegel menderita gangguan kepribadian narsistik yang parah.
Dia disebut selalu siap secara fundamental untuk berbohong jika itu memungkinkan untuk menempatkan dirinya dalam situasi yang lebih baik.
Terdakwa mengklaim, misalnya, tidak mengingat korban pertamanya, yang meninggal pada 7 Februari 2000.(*/)