Perekonomian China Melambat Di Kuartal Kedua
Minggu, 16 Juli 2017, 01:29 WIBBisnisnews.id - Hasil survei menunjukan perekonomian China kehilangan momentum pada kuartal kedua, karena adanya upaya Beijing membatasi pinjaman dan investasi berisiko tiggi yang akhirya membawa kerugian pada negara perekonommian terbesar di Asia.
Perekonomian terbesar kedua di dunia ini tumbuh 6,8 persen pada periode April-Juni, dibandingkan setahun lalu, menurut perkiraan median 12 analis yang disurvei AFP.
Kenaikan lebih baik dari perkiraan sekitar 6,9 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Perkiraan tersebut datang menjelang rilis resmi data pertumbuhan PDB China pada kuartal kedua.
Investasi berbasis hutang di bidang infrastruktur dan real estat telah mendukung pertumbuhan China selama bertahun-tahun namun peringatan akan adanya krisis keuangan potensial telah mendorong Beijing untuk membatasinya.
Fitch Ratings memperingatkan pada hari Jumat (14/7/2017) mengatakan bahwa hutang China yang meningkat dapat memicu guncangan ekonomi dan finansial, meskipun mereka tetap mempertahankan peringkat A-plus di negara ini.
Itu menyusul keputusan Moody's pada bulan Mei yang menurunkan peringkat China untuk pertama kalinya dalam hampir tiga dekade, karena kekhawatiran mengenai kredit yang membengkak dan pertumbuhan yang melambat.
"Pembatasan yang lebih ketat pada pembelian properti dan pinjaman bank akan terus membebani ekonomi dalam beberapa bulan mendatang," kata Larry Hu, kepala ekonomi China di Macquarie Group.
"Kami memperkirakan pertumbuhan PDB akan turun di paruh kedua tahun 2017 karena perlambatan penjualan properti dan ketatnya likuiditas," katanya dikutip dari AFP.
"Perekonomian kemungkinan akan menghadapi tekanan lebih lanjut karena konsumsi juga mendapat tekanan dari perlambatan pertumbuhan pendapatan," kata Fan Zhang, ekonom senior China di RHB Bank.
Kepala ekonom UBS China, Tao Wang mengatakan "Biaya pendanaan yang lebih tinggi karena pengetatan pengawasan akan berdampak pada investasi aset tetap, yang mengukur pengeluaran untuk real estat, jalan dan jembatan."
Tapi perlambatan tajam di babak kedua menjadi tidak mungkin karena para pembuat kebijakan mempersiapkan sebuah kongres Partai Komunis yang penting akhir tahun ini untuk membuat Presiden Xi Jinping menjadi pemimpin paling kuat dalam satu generasi.
"Oleh karena itu sangat mungkin pihak berwenang akan menggunakan sumber daya dan alat kebijakan yang ada untuk memastikan hasil ekonomi positif," kata Citibank.
Pemerintah telah memangkas target pertumbuhan PDB 2017 menjadi sekitar 6,5 persen, setelah meningkat sebesar 6,7 persen pada 2016.
Meskipun kekhawatiran tentang risiko keuangan China meningkat, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan bulan lalu bahwa negara tersebut dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini.
"Momentum pertumbuhan kuartal lalu terus berlanjut sampai saat ini," katanya mencatat bahwa indikator ekonomi tradisional seperti generasi produktif, konsumsi, dan pesanan bisnis baru telah meningkat secara signifikan. (marloft)