Proyek KA Bandara 3,7 Triliun Tercoreng Runtuhnya Underpass
Selasa, 06 Februari 2018, 17:55 WIBBisnisnews.id - Underpass sebagai bagian dari proyek urunan kereta api bandara senilai Rp 3,7 triliun yang belum lama ini diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tercoreng runtuhnya penopang operasional jalur Kereta Api Bandara.
Underpass runtuh di Perimeter Selatan yang menelan satu orang meninggal dunia dan satu lagi luka parah, Senin (5/2/2018) adalah salah satu bagian dari keseluruhan proyek infrastruktur kereta bandara (KA Bandara).
Proyek karya anak bangsa itu pembiayaannya berasal dari tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Yakni, PT Railink, PT Kereta Api Indonesia (Persero), dan PT Angkasa Pura II (Persero) dan kontraktornya diantaranya dipercayakan kepada PT Waskita Karya (Persero) Tbk, berkontribusi terhadap pembangunan jalur.
PT Len Railway Systems mengerjakan persinyalannya, meliputi Stasiun Batu Ceper hingga Stasiun Bandara Soekarno Hatta. Sedangkan PT Industri Kereta Api (INKA) mendapat tanggung jawab membuat kereta bandara.
Total pembiayaan itu sendiri masing-masing untuk pembebasan lahan sebesar Rp1,5 triliun dan sisanya untuk pembangunan prasarana dan membeli kereta. Sumber pendanaan ini sebagian besar dibantu sindikasi bank-bank BUMN dan ada juga bank swasta.
Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Jajang Nurjaman mengatakan, perlu diaudit apakah dana sebesar itu murni diinvestasikan ke proyek tersebut. Terutama untuk konstruksi yang terkait langsung dengan beban jalan.
Underpass yang runtuh itu, kata Jajang, adalah bagian penting yang harusnya menjadi perhatian serius, terlebih proyek itu dibanggakan sebagai karya anak bangsa yang pembiayaannya juga dari BUMN, termasuk kontraktornya juga dipercayakan kepada BUMN dan anak-anak usahanya.
"Yang kita perlukan sekarang ini ialah transparansi, kok proyek yang baru seumur jagung sudah runtuh dan menelan korban pula. Kalau kita runut, total dana yang dihabiskan dari proyek itu cukup besar dan tidak bisa juga ini disebut sebagai kecelakaan biasa, perlu diteliti bagaimana dengan konstruksinya, dan nilai pembangunan underpass itu sendiri berapa, harus dibuka ke publik," jelas Jajang pada Bisnisnews.id, Selasa (6/2/2018) di Jakarta.
Di sisi lain Jajang menilai, perusahaan BUMN yang dipercaya menangani proyek-proyek infrastruktur pemerintah terlalu serakah. Kurang fokus, disinyalir terlalu banyak proyek yang dikerjakan, sehingga kurang fokus.
Masalah ini juga kata Jajang harus menjadi perhatian serius pemerintah, untuk melihat lebih detail lagi, apakah kontraktor BUMN itu mengambil proyek sesuai aturan atau melebihi dari yang telah ditentukan.
Mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, batasan paket proyek konstruksi yang boleh dikerjakan oleh badan usaha (kontraktor) yang mengikuti proses pelelangan (tender) dalam waktu satu tahun anggaran, maksimum enam proyek.
Perpres itu lebih menekankan kepada kontraktor-kontraktor yang menangani proyek besar atau menengah ke atas. Peraturan itu sendiri dibuat untuk melindungi kontraktor agar kebih fokus mengerjakan proyek sehingga hasilnya maksimal dan memiliki daya tahan.
Tapi yang terjadi sekarang ini, kata Jajang, BUMN-BUMN itu mengambil semua kesempatan untuk mengerjakan seluruh proyek. Artinya, ungkap Jajang, mumpung ada kesempatan, semuanya dikerjakan.
"Makanya perlu diaudit, dalam satu tahun anggaran, berapa proyek yang dikerjakan BUMN itu. Selain itu juga kualitas material yang digunakan dan anggaran yang dipakai, sepanjang audit itu tidak dilakukan dan mengesampingkan Perpres yang ada, kecelakaan masih menjadi ancaman," jelas Jajang.
Seperti diketahui, PT Waskita Karya saat ini tengah memegang 18 proyek konstruksi. Berdasarkan data, hingga kuartal III/ 2017 saja, BUMN itu mencatatkan kontrak baru senilai Rp 44,4 triliun.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk saat ini memiliki empat bidang bisnis. Yakni, Jasa Konstruksi, Beton Precast, Properti, Engineering dan Procurement, serta Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan Tol.
Kecelakaan Lain di 2017
Konstruksi jembatan Tol Pasuruan–Probolinggo (Paspro) di Desa Cukurgondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan roboh, Minggu (29/10). Peristiwa nahas tersebut menyebabkan satu orang meninggal dan dua orang luka-luka.
Sebagaimana diketahui, Proyek Jalan Tol Pasuruan Probolinggo merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dikerjakan PT Waskita Karya (Persero) Tbk mulai tahun 2016 dengan nilai kontrak Rp 2,9 triliun dan memiliki panjang ruas 31,3 kilometer.
Selain tol Paspro, berdasarkan catatan Bisnisnews.id, insiden kecelakaan terhadap sejumlah proyek yang ditangani PT Waskita Karya Tbk, diantaranya proyek jalan tol Bogor—Ciawi—Sukabumi (Bocimi) berupa robohnya jembatan yang menelan seorang korban jiwa pada Jumat (22/09/2017). Ada lagi, Selasa (01/08), dua pekerja tewas setelah terjatuh dari tiang penyangga proyek kereta api ringan atau light rail transit (LRT) Palembang. (Syam S)