Putus Asa Menyebar Karena Kurangnya Sumber Daya
Sabtu, 09 September 2017, 20:25 WIBBisnisnews.id Pengungsi Rohingya di Bangladesh pada Sabtu 9 September semakin putus asa karena kekurangan sumber daya, kelaparan dan penyakit meningkat.
Perkelahian terjadi karena makanan dan air. Perempuan dan anak-anak mengetuk jendela mobil atau menarik-narik pakaian orang yang lewat sambil menggosok perut dan mengemis untuk makanan. Pakar kesehatan mengingatkan potensi wabah penyakit.
PBB mengatakan pada Sabtu 9 September bahwa sekitar 290 ribu Muslim Rohingya telah tiba di distrik perbatasan Cox's Bazar hanya dalam dua minggu terakhir, sebelumnya 100 ribu orang telah berada di sana. Jumlah itu diperkirakan akan membengkak lebih jauh, dengan ribuan orang menyeberangi perbatasan berjalan kaki setiap hari.
"Semakin banyak orang yang datang," kata juru bicara PBB, Vivian Tan. Dengan kamp-kamp yang sudah lebih dari penuh, pendatang baru menyiapkan permukiman spontan di sepanjang pinggir jalan atau di lahan yang tersedia.
"Di dalam kamp, kami mencoba yang terbaik, tapi sangat sulit karena setiap hari kita melihat pendatang baru tanpa tujuan."
Banyak yang baru tiba awalnya tertegun dan trauma setelah melarikan diri dari kekerasan. Mereka sekarang semakin putus asa mencari titik distribusi makanan yang baru muncul beberapa hari inivmembagikan paket biskuit dan beras seberat 25 kilogram.
Seorang pekerja bantuan mengatakan bahwa persediaan habis karena kebutuhan para pengungsi jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan.
Wanita yang lelah menggendong bayi sambil mencengkeram anak-anak lain ke sisi tubuh mereka, takut bisa berpisah di keramaian. Seorang pria pingsan karena kelaparan, ambruk sambil menunggu dan tidak tahan lagi berdiri.
Di satu kamp, sebuah klinik keliling berisi 600 pasien pada siang hari. Pasien, kebanyakan anak-anak dengan diare berat, infeksi kulit jamur, infeksi telinga dan demam tinggi, kata Nasima Yasmin, direktur klinik yang dikelola oleh kelompok kesehatan terkenal di Bangladesh.
Yasmin mengatakan bahwa pekerjaan mereka hampir tidak memadai mengingat skala dan persyaratan kamp.
"Kita butuh sumur sehingga ada air bersih dan orang bisa membersihkan diri. Toilet juga dibutuhkan, "katanya, menambahkan bahwa jumlah pendatang baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran akan wabah penyakit yang serius.
Kamp pengungsian telah terisi penuh sebelum masuk. Permukiman darurat segera muncul dan berkembang di sepanjang pinggir jalan, dan kota Cox's Bazar - dibangun untuk menampung hanya 500 ribu menjadi penuh sesak.
Ada kebutuhan mendesak untuk tempat penampungan sementara, kata Tan. "Kami melihat tempat penampungan ini tidak akan bisa menampung orang terlalu lama," katanya.
Dilansir dari AP, PBB telah meminta pemerintah Bangladesh untuk menyediakan lebih banyak lahan sehingga mereka dapat membangun kamp bantuan baru. (marloft)