"Santa Claus" Bunuh 39 Orang Dalam Serangan Di Istanbul, Lagi
Minggu, 01 Januari 2017, 18:29 WIB
Bisnisnews.id - Seorang pria bersenjata menembaki klub malam di pantai Bosphorus, Istanbul pada hari Minggu (1/12) menewaskan sedikitnya 39 orang.
Beberapa orang melompat ke dalam air untuk menyelamatkan diri setelah penyerang yang berpakaian Santa Klaus melepaskan tembakan secara acak di klub malam Reina di malam tahun baru.
Surat kabar Hurriyet mengutip para saksi yang mengatakan bahwa para penyerang berteriak dalam bahasa Arab saat menembaki klub Reina.
Insiden itu mengingatkan kita akan serangan kelompok Islam militan di ruang musik Bataclan Paris, November 2015, yang menewaskan 130 orang.
Menteri Dalam Negeri, Suleyman Soylu mengatakan 15 atau 16 yang tewas adalah orang asing tetapi hanya 21 mayat yang telah diidentifikasi sejauh ini. Dia mengatakan 69 orang berada di rumah sakit, empat di antaranya dalam kondisi kritis.
" Perburuan teroris sedang berlangsung. Polisi telah meluncurkan operasi. Kami berharap penyerang akan ditangkap segera," katanya kepada Reuters.
Turki adalah bagian dari koalisi AS terhadap Negara Islam yang melancarkan serangan ke Suriah pada bulan Agustus untuk mendorong militan Sunni radikal dari perbatasannya. Hal ini juga membantu menengahi gencatan senjata Suriah dengan Rusia.
" Kita akan berjuang sampai akhir melawan bukan hanya serangan bersenjata dari kelompok teror, tetapi juga terhadap serangan ekonomi, politik dan sosial mereka, " kata Presiden Tayyip Erdogan dalam pernyataan tertulis.
Presiden AS Barack Obama yang tengah berlibur di Hawaii, menyatakan belasungkawa dan menawarkan bantuan kepada otoritas Turki, kata Gedung Putih.
Turki menghadapi beberapa ancaman keamanan termasuk tumpahan perang di negara tetangga Suriah. Serta kampanye lintas-perbatasan terhadap Negara Islam untuk memerangi gerilyawan Kurdi di Tenggara Turki.
Serangan Hari Tahun Baru ini datang lima bulan kemudian setelah kudeta militer untuk merebut kekuasaan gagal dan menewaskan 240 orang tewas. Lebih dari 100.000 orang, termasuk tentara dan polisi, telah dipecat atas perintah Erdogan karena kekhawatiran tentang hak-hak sipil dan efektivitas aparat keamanan Turki.
Pada tanggal 28 Desember, Nashir Media Foundation, mendesak simpatisan untuk melakukan serangan di Eropa selama periode liburan dan mengganti kembang api mereka dengan sabuk peledak dan perangkat sambil menangis dan meratap.
Sebulan yang lalu, juru bicara Negara Islam menyerukan pendukungnya untuk melaksanakan gelombang serangan dan mendesak mereka untuk menargetkan "sekuler, pemerintah Turki murtad".
Turki telah diserang berulang-ulang dalam beberapa pekan terakhir. Pada 10 Desember, dua bom yang diklaim oleh gerilyawan Kurdi, meledak di luar sebuah stadion sepak bola di Istanbul, menewaskan 44 orang dan melukai lebih dari 150 orang.
Seminggu kemudian, sebuah bom mobil menewaskan sedikitnya 13 tentara dan melukai 56 ketika bus yang membawa personil militer di pusat kota Kayseri.
Duta Besar Rusia ke Turki ditembak mati saat ia memberikan pidato di Ankara pada 19 Desember oleh seorang perwira polisi yang berteriak "Jangan lupa Aleppo" dan "Allahu Akbar".
Pada bulan Juni, sekitar 45 orang tewas dan ratusan luka-luka dalam serangan senjata dan bom di bandara utama Ataturk Istanbul. (Marloft/syam)