Segini Kebutuhan BBM Subsidi Kereta Api, Lebih Efisien 79 Persen di Banding Truck dan Bus
Jumat, 25 Oktober 2024, 14:07 WIBBISNISNEWS.id - Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi untuk kereta api, jauh lebih efisien dibanding moda transportasi lain berbasis jalan raya seperti truck dan bus, dengan tingkat efisiensi mencapai 79 persen.
Besarnya tingkat efisiensi itu mengacu pada data Guidelines to Defra/DECC’s GHG Covenrsion Factors for Company Reporting yang menyebutkan, penggunaan KA untuk angkutan barang menghasilkan efisiensi BBM sekitar 79 persen. Secara drastis, angka itu penggunaan BBM tersebut mengurangi karbon sekitar 99 pers3n.
Saat ini, kontribusi angkutan barang berbasis rel baru dua persen dari total angkutan barang darat secara keseluruhan di Indonesia
Pemakaian BBM Subsidi di kereta api diatur dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak Dan Gas Bumi RI Nomor 53/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2024 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak Dan Gas Bumi Nomor 94/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2023 Tentang Penetapan Kuota Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu Jenis Minyak Solar (Gas Oil) Untuk Sarana Transportasi Darat Berupa Kereta Api Umum Penumpang Dan Barang Tahun 2024.
Dalam aturan tersebut, kuota bahan bakar minyak tertentu jenis minyak solar (Gas Oil) untuk sarana transportasi darat berupa Kereta Api Umum Penumpang dan Barang Tahun 2024 sebesar 196.653 KL (Seratus Sembilan Puluh Enam Ribu Enam Ratus Lima Puluh Tiga Kiloliter).
Bahkan jika dibandingkan 150 truk kapasitas besar masing-masing truk 20 ton akan membutuhkan 22.125 liter bahan bakar minyak, hal itu tentunya sangat jauh berbeda.
Perbandingan tingkat efisiensi bahan bakar kereta api dengan moda darat lainnya untuk angkutan barang tentunya jauh lebih tinggi. Saat ini, selain mengangkut batu bara kereta api juga mengangkut komoditi barang lainnya seperti peti kemas, semen dan retail.
VP Public Relation PT KAI Anne Purba mengatakan, kereta api merupakan angkutan massal dengan banyak keunggulan seperti bebas macet, hemat energi, mengurangi beban jalan raya, tingkat keselamatan tinggi, dan jadwal yang tepat waktu.
Dari sisi efisiensi dalam penggunaan BBM, tentu jauh lebih efisien dibandingkan moda transportasi lain yang berbasis jalan raya baik untuk penumpang dan barang.
" Penggunaan kerta api untuk angkutan barang juga memiliki banyak keunggulan dibanding transportasi darat lainnya yaitu ramah lingkungan. Sudah sewajarnya diperlukan dukungan seluruh stakeholders guna perkembangannya, Salah saatunya dengan dukungan pemberian kuota BBM Subsidi bagi transportasi kereta api," kata Anne.
Kendati demikian, distribusi logistik di Indonesia belum memprioritaskan keret api dan masih di dominasi oleh angkutan darat dengan moda truck. Seperti diketahui, truck angkutan barang menjadi penyebab utama kerusakan jalan
Mengutip situs resmi Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) pada tahun 2022 menyebutkan, tingkat kerusakan jalan akibat truck Over Dimension Over Load (ODOL) sangat tinggi
Beban biaya perawatan akibat kerusakan tersebut rata-rata Rp43,45 trilliun per tahun. Sebuah angka yang fantastis dibandingkan dengan angkutan berbasis rel.
Berikut Ini Rincian Kebutuhan BBM Kereta
Kereta Api Penumpang sebesar 172.849 KL (Seratus Tujuh Puluh Dua Ribu Delapan Ratus Empat Puluh
Sembilan Kiloliter)
Kereta Api Barang Komoditas Klinker sebesar 1.050 KL (Seribu Lima Puluh Kiloliter)
Kereta Api Barang Komoditas Parcel sebesar 2.529 KL (Dua Ribu Lima Ratus Dua Puluh Sembilan Kiloliter)
Kereta Api Barang Komoditas Peti Kemas sebesar 15.539 KL (Lima Belas Ribu Lima Ratus Tiga Puluh Sembilan
Kiloliter)
Kereta Api Barang Komoditas Semen sebesar 4.686 KL (Empat Ribu Enam
Ratus Delapan Puluh Enam Kiloliter).
Kolaborasi
Terkait dengan efisiensi penggunaan BBM subsidi dengan kereta api dan menjaga stabilitas ketersediaan BBM, batu-batu telah dilakukan kolaborasi antara PT. Kereta Api Indonesia (KAI) dengan BPH Migas.
Dua alasan utama kolaborasi itu dilakukan, yakni, efisiensi dan GCG penggunaan BBM subsidi perkeretaapian
“KAI juga akan terus menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait seperti BPH Migas untuk memastikan penyaluran BBM subsidi berjalan dengan lancar serta sesuai aturan yang ditetapkan sehingga tetap memenuhi prinsip Good Corporate Governance (GCG),” jelas Anne.
Sebagai tambahan informasi, khusus untuk angkutan barang, KAI terus mengembangkan angkutan batu bara di Sumatra Bagian Selatan. Melalui distribusi batu bara yang lancar, aman, dan ramah lingkungan menggunakan kereta api, KAI turut berkontribusi dalam mengamankan ketersediaan energi listrik bagi masyarakat khususnya untuk wilayah Jawa dan Bali.
“Dalam mewujudkan angkutan batu bara yang sustain untuk kepentingan masyarakat luas, KAI terus berkoordinasi dengan seluruh stakeholder. Koordinasi dengan BPH Migas menjadi salah satu upaya KAI untuk memberikan pelayanan distribusi batu bara dengan optimal guna mendukung pasokan energi nasional,” tutur Anne
(*/syam)