Setelah 14 Hari di Karantina, Wisatawan Tinggalkan Kapal Pesiar Diamond Princess
Rabu, 19 Februari 2020, 11:58 WIBBisnisNews.id - Para penumpang kapal pesiar The Diamod Princes di pantai Jepang, ramai-ramai meninggalkan kapal setelah dikarantina selama 14 hari di kapal itu.
Penumpang yang rata-rata usia uzur itu khawatir bila terlalu lama bakal terkena infeksi virus coron yang telah menewaskan ribuan orang di China.
Wisatawan itu meninggalkan kapal setelah dilakukan tes kesehatan negatif virus corona. Kini pemerintah Jepang mengalami kesulitan dan menghadapi banyak kritikan untuk menampung penumpang kapal pesiar tersebut.
Baca Juga
The Diamod Princes telah terbukti sebagai tempat subur bagi virus dengan sedikitnya 542 kasus positif.. Para wisatawan itu, lebih memilih menggunakan transportasi berbasis jalan raya ketimbang terus bertahan di kapal pesiar dengan resiko tinggi.
Taksi dan bus menjadi idola bagi wisatawan yang keluar dari kapal. Mereka membawa koper sendiri untuk cepat-cepat pergio jauh dari tempat tersebut.
Kapal itu adalah gugusan terbesar di luar China, tempat angka-angka baru menunjukkan jumlah korban jiwa melonjak melebihi 2.000 dengan lebih dari 74.000 terinfeksi. Angka orang terinfeksi itu belum termasuk yang ada di luar China.
Seperti Korea Selatan, melaporkan ada 15 kasus baru terinfeksi virus corona.
Bagi 500 penumpang yang diizinkan untuk turun setelah melakukan tes negatif. Mereka yang meninggalkan kapal itu, adalah wisatawan yang telah melalui proses karantina selama 14 hari.
Niat berwisata dengan biaya mahal itu kini hanya menjadi mimpi buruk, karena setelah dinyatakan adanya penumopang yang terinfeksi, kepanikan terjadi pada seluruh penumpang.
"NEGATIF! Saya, putra, suami, ibu dan ayah! Terima kasih Tuhan telah melindungi kami ... Sangat emosional sekarang," tweet penumpang Yardley Wong, yang telah terkurung bersama putranya berusia enam tahun.
Pemerintah China dalam keterangan resminya pada Rabu (19/2/2020) engumumkan, ada 1.749 infeksi baru, jumlah terendah kasus baru bulan ini. 56 kasus baru berada di episentrum provinsi Hubei.
Di seluruh dunia ada 900 kasus dengan lima kematian di Prancis, Jepang, Filipina, Taiwan, dan Hong Kong. Kentaro Iwata, seorang profesor di divisi penyakit menular Universitas Kobe, mengecam karantina di kapal sebagai "kegagalan besar,".
Dia kemudian mengatakan dalam sebuah video yang diterbitkan online bahwa dia melakukan karantina sendiri setelah kunjungan singkat ke kapal tempat dia menyampaikan keprihatinan besar tentang prosedur di atas kapal.(*/Ari)