Setelah Ada JT, Assosiasi Jadi Rajin Koordinasi
Rabu, 12 September 2018, 22:41 WIBBisnisnews.id - Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdat), Budi Setiyadi mengatakan, setelah jembatan timbang (JT) diterapkan pada 1 Agustis 2018, assosiasi angkutan barang yang sebekumnya cuek, kini jadi rajin koordinasi.
“Misalnya asosiasi semen, pupuk, besi, air minum, beras dan sebagainya yang sebelumnya cuek, sekarang jadi rajin koordinasi pada kami. Pada dasarnya mereka mendukung, tinggal bagaimana kita menguatkan kembali seluruh daerah untuk mendukung kebijakan ini,” jelas Dirjen Budi Rabu (12/9/2018) di Jakarta.
Dirjen Budi menilai, permasalahan Over Dimensi dan Over Loading (OJOL) ini penting karena berdampak pada keselamatan, kecepatan laju kendaraan, kemacetan terutama di jalan tol, dan juga kerugian negara akibat ODOL.
“Seperti yang disampaikan Pak Basuki (Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) bahwa kerugian negara akibat ODOL mencapai Rp.43 Triliun. Saat ini saya diminta Pak Menteri Perhubungan bahwa potensi pelanggaran ODOL harusnya semakin kecil, mudah-mudahan 2019 sudah bisa kita selesaikan semuanya,” tegas Dirjen Budi.
Kendati diakui tidak semua pihak melaksanakan kebijakan terkait ODOL yang diterapkan di beberapa JT. Dampaknya misalnya beberapa pengemudi justru memilih menghindar melalui JT Balonggandu dan Losarang sehingga beban Jalan Tol Jakarta-Cikampek menjadi berat.
“Pak Menhub juga meminta saya untuk tidak menggunakan hard power yaitu dengan penegakan hukum namun lebih ke arah soft power dengan edukasi dan memberi masukan supaya tumbuh kesadaran sendiri. Misalnya di Riau ada beberapa pengemudi yang dengan kesadaran sendiri memotong truknya,” kata Dirjen Budi memberi contoh.
Informasi yang beredar mengenai penindakan ODOL yang berakibat pada kenaikan harga barang hingga sampai ke tahap inflasi, menurut Dirjen Budi, masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut lagi. Bahkan ia menjelaskan bahwa pihaknya tetap mengantisipasi hal tersebut supaya jangan sampai terjadi. (Syam S)