Sriwijaya Sasar 8 Persen Pangsa Pasar dan Charter Flight dari Tiongkok
Senin, 20 Januari 2020, 15:12 WIBBisnis News.id - Maskapai Sriwijaya Air Grup kembali menyiapkan alat produksinya, dari sembilan unit pesawat pasca pemutusan kerjasama bisnis oleh Garuda Indonesia Grup menjadi 25 pesawat. Masing - masing, 14 unit dioperasikan sriwijaya Air dan 11 unit NAM Air.
Direktur Utama Sriwijaya Air,
Jefferson Irwin Jauwena mengungkapkan, armada-armada tersebut menjadi modal awal bagi perseroan untuk mengembalikan kepercayaan pasar.
" Pada akhir Januari nanti, kami juga akan menambah tiga armada. Jadi memang secara bertahap kita kembalikan kepercayaan masyarakat ke Sriwijaya Air Group," tutur Jefferson, dalam bincang-bincang santai dengan awak media, Senin (20/1/2020) di kantornya kawasan CBC Tangerang.
Kendati diakui, alat produksi yang ada saat ini belum sepenuhnya optimal. " Sekang ini kami kembalikan alat produksi ke level optimal supaya customer aware, tidak seperti empat bulan lalu. Ini sudah berubah dan kita upayakan lebih baik lagi. Jadi kita fokuskan ke customer dan alat produksi," tuturnya.
Maskapai penerbangam milik Chandra Lie tersebut, akan menjadikan tahun 2020 ini sebagai titik balik kebangkitan setelah disingkirkan Garuda Grup. Targetnya, tidak muluk-muluk, selain menghidupkan kembali charter flight mengangkut wisatawan asal Tiongkok, juga menyasar pasar kalangan milenial.
Pangsa pasar Sriwijaya Air sempat mengalami terjun bebas dari 10 persen menjadi tujuh persen (saat bergabung di Garuda Indonesia), kini setelah berpisah dengan Garuda, ditargetkan delapan persen.
Artinya, Sriwijaya air Grup kembali sebagai maskapai yang mandiri tanpa ada campur tangan pihak luar. Sedangkan kewajibannya dengan Garuda Grup (GMF, Gapura Angkasa dan Citilink) menunggu hasil audit oleh auditor independent.
" Tahun ini pangsa pasar domestik kami targetkan cukup di angka delapan persen," tuturnya.
Kebangkitan Sriwijaya Grup, ungkap Jefferson, setelah adanya dukungan penuh pihak regulator. " Kita akan lebih baik lagi dengan bantuan regulator agar bisa menjaga industri penerbangan tetap kondusif. Kita juga tak ingin terlalu tinggi harga, jadi kondusif dan tak ganggu moda transportasi lain," ungkapnya.
Karena itu, ungkap Jefferson pelayanan harus in line sengan program pemerintah. Yakni, mendorong peningkatan jumlah wisatawan.
" Jadi kita support dengan gandeng partner kami juga. Misal charter dengan China jangan ke Denpasar saja misal ke Silangit, Yogyakarta dan destinasi prioirtas lainnya. Tentunya juga kerja sama dengan pemerintah agar program jalan," jelasnya.
Ia juga meyakini, kebangkitan Sriwijaya Grup untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna jasa dan berusaha menghindari permusuhan sesama operator dan stakehokder lainnya
" Kita coba agar hidup lebih sehat dan harmonis. Kita tak inginkan musuh dan perang tarif seperti sebelumnya. Kami yakin tak ada satupun perusahaan penerbangan inginkan perang tarif seperti sebelumnya. Ingin semua hidup dan sehat untuk kemajuan bangsa kita," jelasnya.
Prospek 2020
Rencana perseroan tahun ini, pastinya, ungkap Jefferson tidak menambah kapasitas, namun diupayakan armada dan rute-rute yang sudah ada.
" Kami fokus membenahi armada yang ada denhan rute-rutenya. Kan rutenya belum ada yang dikembalikan, " tuturnya.
Pesawat - pesawat yang sekarang ini masih dalam perawatan diupayakan selesai dan bisa kembali beroperasi melayani masyarakat pelanggan.(Syam S)