Staf Kedubes AS Di Kuba Kena Serangan Misterius
Minggu, 01 Oktober 2017, 23:54 WIBBisnisnews.id - Amerika Serikat bukan saja menarik hampir separuh stafnya di Kedutaan Besar di Kuba namun juga melarang warga negaranya berkunjung ke negara itu. Ini sebagai reaksi atas munculnya serangan misterius yang mengakibatkan gangguan kesehatan parah.
Menurut laporan bbc.com, AS menarik lebih dari separuh stafnya di kedutaan besarnya di Kuba sebagai tanggapan atas serangan misterius yang membuat para diplomatnya tidak sehat. Washington juga memperingatkan Amerika agar tidak mengunjungi negara tersebut karena beberapa serangan terjadi di hotel.
Sedikitnya 21 staf melaporkan masalah kesehatan mulai dari trauma otak ringan dan tuli sampai pusing dan mual.
AS memesan semua staf non-esensial di kedutaan di Havana untuk pergi, bersama dengan semua anggota keluarga. Hanya "petugas darurat" yang akan tetap tinggal. Selain itu AS telah menunda pemrosesan visa di Kuba tanpa batas waktu.
Menanggapi keputusan AS itu Kuba menyatakan hal itu sebagai tindakan tergesa-gesa. Kuba mengatakan hal itu akan mempengaruhi hubungan bilateral namun kerjasama akan berlanjut.
Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengatakan kedua negara akan terus bekerja sama dalam menyelidiki serangan tersebut dan mengatakan hubungan diplomatik akan dipertahankan.
Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa serangan sonik harus disalahkan. Kuba membantah terlibat. "Sampai pemerintah Kuba dapat menjamin keamanan rakyat kita, kita akan dikurangi menjadi petugas darurat," kata seorang pejabat departemen pemerintah AS.
"Sedikitnya 21 karyawan telah ditargetkan dalam serangan spesifik," kata pejabat tersebut.
Meskipun ada investigasi yang melibatkan FBI, Polisi Mount Kanada dan pihak berwenang Kuba, masih belum ada penjelasan lengkap mengenai penyebab insiden tersebut sejak akhir 2016. "Kami tidak tahu cara, metode atau bagaimana serangan dilakukan," kata pejabat tersebut pada hari Jumat.
Namun laporan sebelumnya menunjukkan bahwa serangan sonik di mana staf di Havana menjadi sasaran gelombang audio, membuat beberapa orang mengalami masalah pendengaran kronis.
Menggunakan perangkat suara yang tidak terdengar untuk serangan siluman "cukup masuk akal dari sudut pandang teknis", Denis Bedat, spesialis bio-elektromagnetik, mengatakan kepada kantor berita AFP minggu ini.
"Gelombang ultrasonik, di luar kapasitas akustik manusia, bisa disiarkan dengan amplifier, dan perangkat tidak perlu berukuran besar, atau digunakan di dalam atau di luar rumah."
Dia memberi contoh Active Denial System (ADS), sebuah senjata anti huru hara yang digunakan oleh pasukan polisi AS yang memancarkan gelombang elektromagnetik yang menghasilkan sensasi terbakar yang tiba-tiba tak tertahankan.
Serangan rahasia Kuba
* Akhir 2016: Staf kedutaan AS dan setidaknya satu orang Kanada mulai memperhatikan gejala
* Mei: AS mengusir dua diplomat Kuba karena gagal melindungi para diplomatnya
* Agustus: AS mengatakan 16 karyawan telah diobati namun serangan tampaknya telah berhenti
* Awal September: AS mengatakan serangan terus berlanjut dan 19 anggota staf sekarang terluka
* 29 September: Washington menarik staf diplomatik, memperingatkan warga AS untuk tidak mengunjungi dan mengatakan 21 pegawai kedutaan sekarang terluka
Negara Ketiga
AS tidak menyalahkan Kuba atas dugaan serangan tersebut. Pemerintah AS dan Kuba "belum mengidentifikasi pihak yang bersalah", kata pejabat departemen pemerintah.
"Kami belum mengesampingkan kemungkinan negara ketiga sebagai bagian dari penyelidikan namun investigasi terus berlanjut," tambah pejabat tersebut.
Presiden Raul Castro dilaporkan telah memberikan kepastian pribadinya kepada kuasa hukum AS-AS di Havana bahwa Kuba tidak berada di balik serangan tersebut. (Gungde Ariwangsa)