Tak Peduli Sanksi, Korea Utara Ngotot Bangun Persenjataan Nuklir
Jumat, 30 Juni 2017, 02:37 WIBBisnisnews.id - Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat dan seluruh dunia pada hari Rabu (28/6/2017) bahwa negaranya akan terus membangun persenjataan nuklir terlepas dari sanksi, tekanan atau serangan militer.
Duta besar PBB Korea Utara, Kim In Ryong mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa konfrontasi lebih dari 50 tahun antara Korea Utara dan Amerika Serikat semakin mendekati ambang perang nuklir daripada sebelum militer AS mengadakan manuver agresif dengan Korea Selatan pada bulan April dan Mei.
Sejak saat itu, katanya, Amerika Serikat telah mengirim pembom nuklir B-1B ke wilayah udara Korea Selatan, menggunakan sistem anti-rudal THAAD di negara tersebut, memberlakukan sanksi baru AS terhadap Korea Utara, dan mempelopori resolusi sanksi PBB lainnya.
Kim mengatakan bahwa administrasi Trump sedang mengejar permusuhan terhadap Korea Utara.
Dia mengatakan Amerika Serikat sedang memodernisasi senjata nuklirnya namun negara lain tidak diperbolehkan untuk menguji atau meluncurkan objek nuklir atau balistik.
"Ini benar-benar puncak arogansi tak tahu malu, pembenaran diri dan standar ganda," katanya dikutip dari New York Post.
AS dituduh mencoba menahan Korea Utara dan keunggulan militer di Asia sebagai bagian dari impiannya akan dominasi dunia. Kim mengatakan bahwa masyarakat Korea Utara telah menyimpulkan bahwa ini untuk membela hak dan kedaulatan mereka.
"Tidak peduli apa yang orang lain katakan, apapun sanksi, tekanan dan serangan militer bisa menyusul, kita tidak akan bergeming untuk membangun kekuatan nuklir, yang dipilih untuk mempertahankan kedaulatan negara dan hak atas keberadaan nasional," katanya.
Duta Besar Korea Utara tampil di sebuah pertemuan terbuka Dewan Keamanan mengenai implementasi resolusi tahun 2004 yang bertujuan untuk menjaga teroris, ekstremis dan aktor non-negara lain untuk mendapatkan senjata nuklir, kimia atau biologi. Dia telah memboikot pertemuan dewan yang menangani sanksi PBB terhadap Korea Utara.
Sebuah pernyataan yang dibacakan pada pertemuan dewan oleh duta besar PBB Spanyol, Roman Oyarzun Marchesi, atas nama 51 negara yang menentang keras penyebaran senjata pemusnah massal tersebut, mengutuk perkembangbiakan semua bentuk yang mungkin dilakukan oleh siapapun dan berjanji untuk melakukan segala upaya untuk mencegahnya.
"Dalam hubungan ini, kami mengutuk senjata nuklir dan aktivitas pelontar rudal balistik yang dilakukan oleh Korea Utara dalam pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan," kata pernyataan tersebut, yang penandatangannya termasuk Amerika Serikat dan negara-negara dari Asia, Afrika, Timur Tengah, Amerika Latin dan Eropa. (marloft)