Teror Bom Sri Lanka Satukan Umat Islam dan Kristen
Rabu, 24 April 2019, 06:22 WIBBisnisnews.id - Serangan bom yang menewaskan hingga 310 orang di Sri Lanka telah menyatukan kelompok Islam dan Kristen termasuk di Parlemen di Negara itu yang fitandai dengan dilakukannya kunjungan belasungkwa ke Uskup Agung Kardinal Malcolm Ranjith.
Siaran pers yang dikeluarkan oleh Mufti M.I.M Rizwe, Presiden Jamiyyathul Ulama Seluruh Ceylon, Ranjith mengatakan pemeliharaan perdamaian dan keharmonisan antara masyarakat sangat penting pada masa sulit saat ini.
"Kedua pihak menekankan mengenai makin diperkuatnya hubungan baik yang ada di kalangan masyarakat, bagi kebaitan Ibu Pertiwi kita," kata siaran pers itu, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa malam.
"Mereka juga berjanji akan memberi dukungan sepenuhnya dalam melaksanakan tindakan yang perlu guna menghadapi semua pelaku teror," tambah pernyataan tersebut.
Saat Paskah Ahad, tak kurang dari 310 orang tewas dan 500 orang lagi cedera ketika sebanyak delapan bom ditujukan ke delapan lokasi berbeda di dalam dan luar Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo.
Serangan bom melanda gereja di Kota Kochchikade, Negombo dan Batticalo, serta Hotel Kingsbury, Cinnamon Grand dan Shangri La di Kolombo.
"Perbuatan kejam dan jahat yang dilakukan oleh orang dari satu masyarakat tidak mencerminkan seluruh masyarakat pada umumnya," kata Ranjith, sebagaimana dikutip siaran pers tersebut.
"Pada saat tragedi besar ini, mari lah kita bergandeng tangan dalam solidaritas dan menghadapi tantangan dengan cinta timbal-balik dan saling menghormati untuk maju sebagai orang Sri Lanka. Kami berdoa kepada Tuhan agar Dia meringankan penderitaan semua orang yang menjadi korban dan memberikan kasihNya kepada mereka," tambah siaran pers itu.
Perdana Menteri Sri Lanka pada Selasa mengatakan ia percaya serangan pada Hari Paskah memiliki hubungan dengan IS, setelah kelompok fanatik tersebut mengaku bertanggung-jawab atas serangan bom di Kolombo.
Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada wartawan lembaga keamanan pemerintah terus memantau warga Sri Lanka yang pernah bergabung dengan IS dan pulang ke negeri itu.
"Kami akan menindak-lanjuti pernyataan IS, kami percaya ada hubungan," katanya. (*/Din)