Tertunda Lama, Negosiasi Brexit Akhirnya Dimulai
Senin, 19 Juni 2017, 16:42 WIBBisnisnews.id - Setelah hampir setahun, akhirnya Inggris pada hari Senin 19 juni 2016 membuka negosiasi dengan Uni Eropa (UE) tentang rencana meninggalkan blok tersebut yang dijadwalkan pada 2019, yng hasil akhirnya tidak dapat diprediksi.
Tim perunding UE yang dipimpin oleh Michel Barnier telah siap berbulan-bulan, Inggris sempat terhenti prosesnya dua tahun pada 29 Maret. Pada pemilihan awal bulan ini, di mana Perdana Menteri Theresa May kehilangan mayoritas malah menambahkan masalah.
"Masalah besar kami adalah kami tidak memiliki gambaran, tidak tahu sama sekali apa yang Inggris inginkan," kata Manfred Weber dari Jerman, ketua kelompok EPP dari Demokrat. "Negara-negara Uni Eropa lainnya bersatu, namun Inggris dalam kekacauan," katanya dikutip dari Associated Press.
Pemerintah May menyatakan bahwa pihaknya yakin dapat mencapai kesepakatan untuk kepentingan seluruh Inggris." Uni Eropa mengatakan bahwa pihaknya juga mencari kompromi terbaik.
Menteri Luar Negeri Austria, Sebastian Kurz mengatakan, "Jika kita tidak berhasil, kedua belah pihak akan kalah."
Negosiator Inggris, David Davis dan dari Uni Eropa, Barnier memiliki satu isu penting selama minggu-minggu pertama perundingan yaitu membangun kepercayaan setelah berbulan-bulan tawar menawar mengenai jumlah tagihan akhir yang harus dibayar Inggris untuk bisa keluar EU
Setelah referendum 23 Juni 2016 untuk meninggalkan EU, 27 negara lainnya juga ingin memulai perundingan keluar sesegera mungkin sehingga mereka bisa bekerja untuk masa depan mereka sendiri, namun Inggris tampak linglung oleh langkahnya sendiri. Citra Inggris menjadi disfungsional saat berhadapan dengan negosiator UE yang jauh lebih siap.
Namun, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson tetap optimis hari ini dan berpikir bahwa perundingan Brexit akan menghasilkan sebuah resolusi dengan keuntungan dan kehormatan bagi kedua belah pihak.
Johnson meminta orang untuk melihat masa depan lebih jauh. Pada pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg dia berkata, "Dalam jangka panjang, ini akan bagus untuk Inggris dan bagus untuk seluruh Eropa." (marloft)