Uni Eropa Peringatkan China : Ekonomi Terbuka Atau Tanggung Resiko
Selasa, 19 September 2017, 17:46 WIBBisnisnews.id - Kelompok bisnis mendesak China pada hari Selasa 19 September untuk melaksanakan janji-janji keterbukaan ekonominya dan memperingatkan bahwa pergerakan lamban dapat memicu reaksi balik terhadap perdagangan bebas di tengah meningkatnya kritik AS dan Eropa.
Kamar Dagang Uni Eropa mengatakan dalam sebuah laporan bahwa Beijing menarik mundur dengan menerapkan pembatasan baru atas impor makanan, pengiriman ekspres dan layanan hukum. Mereka mengajukan ratusan kemungkinan perubahan untuk ekonomi terbuka atau menyederhanakan peraturan di bidang kosmetik sampai peralatan medis.
"Ketiadaan timbal balik saat ini dalam akses pasar menjadi tidak dapat dipertahankan secara politis," kata presiden majelis Eropa, Mats Harborn. "Kami khawatir jika ini tidak cepat berubah, akan ada pukulan balik terhadap globalisasi ekonomi."
Mitra dari Amerika dan kelompok lainnya telah mengeluarkan seruan serupa.
Beijing menghadapi peningkatan keluhan dari Washington dan Uni Eropa mengenai surplus perdagangan dan hambatan terhadap akuisisi aset-aset China, sementara perusahaan China membeli merek dan teknologi asing.
Pada hari Senin (18/9/2017), perwakilan perdagangan AS, Robert Lighthizer, mengeluh dalam sebuah pidato di Washington bahwa usaha China untuk menjadi juara industri dan mendorong perusahaan asing untuk menyerahkan teknologi telah mengancam sistem perdagangan dunia.
Presiden Xi Jinping telah berjanji untuk memberi kekuatan pasar peran yang lebih besar dengan memperlakukan perusahaan asing dan China secara setara dan mengurangi dominasi industri negara. Tapi pendukung reformasi tersebut mengeluh sedikitnya tindakan untuk melaksanakan janji tersebut.
Juru bicara kementerian luar negeri, Lu Kang, membela perdagangan Beijing dan mengatakan telah mematuhi komitmen pembukaan pasar di bawah Organisasi Perdagangan Dunia.
"China tetap berkomitmen untuk membuka diri, melakukan reformasi dan membiarkan pasar memainkan peran yang menentukan dalam alokasi sumber daya," kata Lu dikutip dari AP.
China merupakan pasar utama untuk kendaraan, pesawat terbang, smartphone, kosmetik dan barang lainnya. Tapi Beijing melarang perusahaan asing dari bidang keuangan, telekomunikasi dan utilitas. Di bidang lain, asing diharuskan bekerja sama melalui mitra lokal.
Kamar Dagang Uni Eropa mencatat bahwa Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan telah menempatkan China urutan ke 59 dari 62 negara dalam hal keterbukaan terhadap investasi langsung asing. (marloft)